Kamis, 16 April 2020

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah anak dengan kondisi stunting, Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting Kabupaten Komering Ilir menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampit setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia diperkirakan ada 178 juta anak dibawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
     Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan stunting antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola pemberian makan kepada anak. kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar stunting disebabkan oleh malnutrisi
     Jika gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, perkembangan otak yang tidak maksimal yang dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajat tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penuruna  toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
     Yuk kenali stunting beserta dampaknya sejak dini, agar anak kita terbebas dari stunting.
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal "Stunting" dan Efeknya pada Pertumbuhan Anak", https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all. jnbjbjjjnjnjhhb
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal "Stunting" dan Efeknya pada Pertumbuhan Anak", https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all.
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal "Stunting" dan Efeknya pada Pertumbuhan Anak", https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all.
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal "Stunting" dan Efeknya pada Pertumbuhan Anak", https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all.

Cegah Rakhitis pada Anak, Yuk Kenali Gejalanya!





Rakhitis atau rickets Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkkan patah tulang dan kelainan bentuk. Ketiga nutrisi ini sangat penting guna pertumbuhan tulang agar tetap sehat dan kuat ketika anak dalam masa tumbuh kembang. Rakitis adalah salah satu penyakit anak yang paling sering terjadi di banyak negara berkembang. Penyebab utama adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan kalsium yang memadai dalam diet juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare berat dan muntah dapat menjadi penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi pada orang dewasa, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak penderita gizi buruk, biasanya akibat kelaparan atau selama tahap awal masa kanak-kanak. Penyakit rakitis umumnya paling sering menimpa anak-anak yang berusia 6 hingga 36 bulan karena usia tersebut memerlukan vitamin D yang lebih banyak untuk pertumbuhannya. Rickets sering terjadi pada bayi yang mendapat ASI berkepanjangan tanpa pemberian makanan tambahan dan tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun, meskipun begitu bukan berarti orang dewasa tidak bisa mengalaminya. Pada orang dewasa, penyakit rakitis disebut dengan osteomalacia.
Penyebab Rakhitis
Masalah kekurangan vitamin D biasanya disebabkan oleh minimnya asupan vitamin tersebut, atau ada gangguan penyerapan zat gizi di dalam tubuh.
1.      Kekurangan vitamin D
Penyebab utama dari rakhitis adalah kurangnya vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap kalsium dan fosfor dari makanan. Anak bisa terkena rakhitis jika dia tidak mendapatkan cukup asupan vitamin D atau memiliki masalah dalam penggunaan vitamin D dalam tubuh. Vitamin D tidak hanya ditemukan dalam makanan, tetapi dapat secara alami diproduksi di kulit ketika terkena sinar matahari. Anak mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin D jika dia tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari, menerapkan diet vegetarian, atau tidak mengonsumsi produk susu.
2.      Vitamin D tidak diserap di tubuh
Beberapa anak terlahir dengan kondisi medis yang memengaruhi cara tubuh menyerap vitamin D. Beberapa contoh meliputi: Penyakit celiac, Penyakit radang pencernaan, Cystic fibrosis, Gangguan ginjal.
Pada beberapa anak, rakitis adalah penyakit bawaan. Rakitis bawaan membutuhkan perawatan medis yang sangat khusus.
Tanda Gejala Rakhitis pada Anak
Ada berbagai macam tanda yang muncul ketika seseorang mengalami rakhitis. Umumnya, anak – anak dengan kondisi ini,akan merasakan sakit dan kram ditulang, dan menjadi lebih rewel. Berikut ini adalah tanda dan gejala rakhitis :
a)      Pertumbuhan tertunda atau terhambat. Dibandingkan anak-anak seusianya, tubuh anak pendek. Hal ini disebabkan karena tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
b)      Terasa nyeri pada tulang kaki, lengan, tulang belakang atau panggul.
c)      Otot yang lemah, kemampuan berjalan pada anak menjadi terhambat.
d)     Kerusakan tulang, mudah mengalami patah tulang. Mengalami kelainan pada bentuk tulang seperti, tulang belekang melengkung, bentuk tengkorak aneh, terdapat benjolan pada tulang rusuk, tulang dada menonjol, adanya kelainan bentuk panggul, penebalan pada pergelangan kaki. Kaki ataupun tempurung lutut menjadi bengkok. Tengkorak kepala lunak.
e)      Terdapat kelainan pada bentuk gigi seperti, struktur gigi yang berantakan, gigi mudah berlubang, gigi kecil-kecil dan stuktur gigi cacat.
f)       Sering kedutan, kram otot dan kesemutan pada tangan dan kaki. Keadaan ini biasanya bisa bertambah parah. Hal ini disebabkan karena rendahnya kadar kalisum dalam darah.
Mencegah Rakhitis pada Anak
Penyakit rakhitis dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
1.      Mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang seperti fosfor, kalsium dan vitamin D. Vitamin D bisa didapatkan dari makanan seperti minyak ikan, ikan dan kuning telur. Sedangkan makanan lainnya yang diperkaya dengan vitamin D yaitu sereal, jus jeruk, susu dan susu formula. Berdasarkan penelitian, rakhitis pada anak juga bisa dicegah dari  sebelum anak lahir. Ini bisa dilakukan dengan memperhatikan kecukupan asupan vitamin D selama masa kehamilan.
2.      Jemur anak di bawah sinar matahari pagi secara rutin selama 10 - 15 menit tiap hari. Waktu yang dianjurkan sebelum jam 10. Sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan vitamin D oleh tubuh. Selama menjemur balita di bawah sinar matahari, jangan pakaikan tabir surya, karena itu justru menghalangi sinar matahari pada kulit.
3.      Jika asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi masih kurang, mintalah pada dokter untuk meresepkan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Ibu hamil dan menyusui juga memerlukannya. Konsumsi suplemen berlebih dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri tulang, sakit kepala, pusing, sembelit, mual, muntah, sakit perut, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan sering haus.
.
Sumber :
Chairunnisa, E., Candra, A., & Panunggal, B. (2018). Asupan Vitamin D, Kalsium Dan Fosfor Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 12-24 Bulan Di Kota Semarang. 7(1), 39–44.
Soepomo, P. (2015). Visualisasi tiga dimensi gangguan fisiologis pada tulang manusia 1. 3, 304–312.

Atasi Angka Kematian Ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)




Kematian ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan).
Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup  tinggi, yaitu mencapai 305/100.00 kelahiran hidup (Herayono et al., 2019). Mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil dan bersalin merupakan masalah besar dinegara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan dengan angka mencapai 28%. Kejadian perdarahan pasca salin berkisar antara 2-11% dari seluruh persalinan dengan hampir 30% penyebab kematian langsung ibu di dunia karena perdarahan dan sebagian besar terjadi pada periode pasca salin. Pada proses kehamilan terjadi sekitar 14 juta kasus perdarahan setiap tahunnya dan paling sedikit 128.000 perempuan tersebut meninggal akibat perdarahan. Kematian tersebut sebagian besar terjadi dalam waktu 4 jam setelah  melahirkan (Monica & Wiharja, 2014).
Apa saja faktor resiko terjadinya pendarahan pasca persalinan ?
·         Hamil kembar
·         Obesitas
·         Melahirkan bayi lebih dari 4 kg
·         Beberapa kali melahirkan
·         Proses persalinan terlalu lama
·         Infeksi
·         Robek dijalan lahir atau pembuluh darah uterus

Gejala apa saja yang menandakan adanya perdarahan postpartum atau perdarahan berat setelah melahirkan:
·         Perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari ke hari.
·         Tekanan darah menurun.
·         Jumlah sel darah merah menurun.
·         Detak jantung meningkat.
·         Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh.
·      Rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak kunjung membaik.

Salah satu upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan pemberian oksitosin, dimana oksitosin mempunyai peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi. Salah satu cara untuk mengurangi kejadian perdarahan adalah dengan memberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Yaitu merupakan proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Anjasmara, Susant D, & Pratiwi D, 2015).
Hormon    oksitosin    dapat    dirangsang      melalui  IMD karena Inisiasi     menyusui     dini     merupakan     salah     satu     faktor     yang mempengaruhi    involusi uterus dimana    saat    menyusui  terjadi rangsangan dan  dikeluarkannya   hormon  antara   lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. Selain oksitosin, IMD juga merangsang keluarnya prolaktin yang dapat meningkatkan aliran ASI untuk proses menyusui. Gerakan bayi yang merangkak dan menginjak perut ibu diatas rahim, dapat membantu uterus berkontraksi dan menghentikan perdarahan(Suprapti, 2018).


Referensi  :

Anjasmara, J., Susant D, H., & Pratiwi D, I. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Partisipasi Ibu Melakukan IMD. 07(01), 1–10.
Herayono, F., Basyir, V., & Afriwardi, A. (2019). Perbedaan Jumlah Perdarahan Saat Persalinan Pada Ibu Primigravida Yang Melakukan Dan Tidak Melakukan Senam Hamil Selama Kehamilan Trimester III. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 254. https://doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p254-258.2019
Monica, W., & Wiharja, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif. 1(1), 60–69.
Prawestri, & Nikmatul, K. (2017). Pengaruh Imd Dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Post Partum. Jurnal Riset Kesehatan, September, 282–285.
Wahyuningsih, E. (2015). Analisis Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan Puskesmas Rawat Inap di Kab. Sukoharjo. The 2nd University Research Coloquium 2015, 2005, 172–179.

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...