Obesitas menjadi masalah kesehatan masyarakat
hampir di seluruh dunia baik di negara maju maupun sedang berkembang. Obesitas
adalah keadaan dimana terdapat penimbunan kelebihan lemak dalam tubuh yang
dapat ditentukan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT), yaitu
perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter) (Wandansari, 2007). Prevalensi obesitas secara nasional di Indonesia
pada usia 13-15 adalah 2,5%. Sedangkan di Propinsi Bali prevalensi obesitas
pada kelompok umur yang sama berada di atas prevalensi Nasional yaitu sebesar
3,1%. Obesitas anak merupakan masalah yang perlu diwaspadai karena angka kejadian
cenderung meningkat. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak
dalam aspek fisik dan psikososial serta berisiko tinggi menjadi obesitas pada
masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian.
Sulitnya tatalaksanan obesitas menyebabkan pencegahan menjadi prioritas utama
dengan pendekatan keluarga dalam menjaga pola makan dan aktivitas yang sehat.
Orang tua terutama Ibu memegang peranan penting terhadap pemenuhan gizi
keluarga karena ibu bertanggung jawab di rumah termasuk apa yang dimakan oleh
anak. Perilaku terencana dalam pencegahan obesitas dapat diidentifikasi dengan
pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB).
Pemenuhan gizi seorang anak sangat dipengaruhi
oleh orang tua. Perilaku orang tua seperti memakan makanan hingga habis dan
mencuci tangan sebelum makan merupakan salah satu perilaku pemenuhan gizi yang
dapat di contoh oleh anak. Peran orang tua sangat mempengaruhi pola makan anak.
Hubungan antar keluarga juga sangat mempengaruhi aktivitas anak terutama pola
makan anak. Jika keluarga memberikan pola asuh sesuai dengan tahap perkembangan
anak maka diharapkan pemenuhan gizi anak tercapai secara optimal (Mirayanti,
2012). Orang tua terutama Ibu memegang peranan penting terhadap pemenuhan gizi
keluarganya, Karena ibu bertanggung jawab di rumah, ibu bertanggung jawab
terhadap apa yang dimakan oleh keluarganya (Aprilia, 2011).
Penghitungan IMT yang disebut diatas ialah
:
Source : Rumus.co.id
Langkah pertama pencegahan obesitas pada anak
yaitu :
- Pada bayi 0-12 bulan :
1. Mendorong pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif sampai usia 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 12 bulan
dan sesudahnya setelah pengenalan makan padat dimulai
2. Mendorong orangtua untuk menawarkan makanan
baru secara berulang serta menghindari minuman manis dan makanan selingan
(french fries dan potato chips)
3. Tidak meletakkan televisi di dalam kamar
tidur anak
4. Pengasuh selain orangtua harus menerapkan
strategi yang dianjurkan
- Pada anak berusia 12-24 bulan :
1. Menghindari minuman manis, konsumsi jus dan
susu yang berlebih. Konsumsi susu >480-720 mL/hari dapat menambah energi
ekstra atau menggantikan nutrien lainnya
2. Makan bersama di meja makan dengan anggota
keluarga lainnya sebanyak 3x/hari dan televisi dimatikan selama proses makan
bersama
3. Keluarga tidak membatasi jumlah makanan dan
selingan yang dikonsumsi anak, tetapi memastikan bahwa semua makanan yang
tersedia sehat serta cukup buah dan sayuran
4. Selingan dapat diberikan sebanyak 2 kali, dan
orangtua hanya menawarkan air putih bila anak haus diantara selingan dan makan
padat
5. Anak harus mempunyai kesempatan bermain
aktif, membatasi menonton televisi atau DVD, serta tidak meletakkan televisi di
dalam kamar tidur anak
6. Orangtua dapat menjadi model untuk membantu
anak belajar lebih selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi.
Orangtua berperan aktif dalam pendidikan media anak dengan menemani anak saat
menonton program televisi dan mendiskusikan acara tersebut dengan anak
7. Membuat jadwal penggunaan media, membatasi
waktu menonton <1-2 jam/hari dan mengurangi pajanan media
- Untuk anak dan remaja :
1. Pengaturan diet,
2. Peningkatan aktivitas fisis
3. Mengubah pola hidup (modifikasi perilaku)
4. Terutama melibatkan keluarga dalam proses
terapi.
Sulitnya mengatasi obesitas menyebabkan
kecenderungan untuk menggunakan jalan pintas, yaitu diet rendah lemak dan
kalori, diet golongan darah atau diet lainnya serta berbagai macam obat.
Penggunaan diet rendah kalori dan lemak dapat menghambat tumbuh kembang anak
terutama di masa emas pertumbuhan otak, sedangkan diet golongan darah ataupun
diet lainnya tidak terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam tata laksana
obesitas pada anak dan remaja. Penggunaan obat dipertimbangkan pada anak dan
remaja obes dengan penyakit penyerta yang tidak memberikan respons pada terapi
konvensional.
Dan semua langkah pencegahan obesitas tidak
luput dari peran orang tua dan sekitar, pastinya juga dari dalam diri untuk
tetap menjaga tubuh. Banyaknya faktor-faktor penyebab obesitas menyebabkan
obesitas terkadang tak terhindarkan. Ini membuktikan bahwa kesadaran orang tua,
lingkungan sekitar dan juga diri sendiri haruslah nyata dan diterapkan untuk
tetap menjaga tubuh dari obesitas.
Referensi
Aprilia, A. (2015). Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. Majority, 4(7), 45–48.
Junita, E. (2016). Strategi pencegahan obesitas pada anak SDN 02 wilayah puskesmas rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal, 2(2), 131.
Nurbadriyah, W. D. (2018). Perilaku Orangtua Dalam Pencegahan Obesitas Anak Prasekolah Berbasis Theory of Planned Behaviour (Tpb). Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(1), 008–014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar