Kamis, 16 April 2020

Yuk, Mengenal Gejala dan Tanda Kekurangan Energi Protein (KEP)


KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)


Apa sih yang dimaksud dengan Kekurangan Energi Protein?
            Kekurangan Energi Protein atau Protein Energy Malnutrition merupakan keadaan dimana tubuh kekurangan makronutrien yaitu protein dan gangguan kesehatan sehingga kebutuhan protein sehari hari tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). KEP dibedakan menjadi 2 jenis yaitu KEP ringan dan KEP berat. KEP ringan terjadi saat masa masa pertumbuhan, sedangkan KEP berat terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan gabungan antara keduanya.
a.       Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang dikonsumsi tidak menyediakan energi untuk mempertahankan hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil hingga terlihat bentuk tulang. Penyebabnya terjadi apabila ibu tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat rendah atau ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya.
b.      Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan sumber protein. Penyakit ini biasanya menyerang anak anak pada usia 1-3 tahun. Penyakit ini dapat mengancam jiwa dan melemahkan tubuh.
c.       Kwashiorkor marasmus adalah keadaan dimana gabungan antara marasmus dan kwashiorkor. Khwashiorkor marasmus kyaitu kekurangan energi dan protein yang disebabkan karena tidak adanya asupan gizi yang cukup dan kemungkinan menderita infeksi penyakit. Kondisi ini dikenal dengan istilah busung lapar.
Gejala dan tanda tanda KEP
a.       KEP Ringan
1.      Pertumbuhan linier terganggu atau terhenti
2.      Kenaikan berat badan berkurang atau terhenti
3.      Ukuran lingkar lengan atas (LILA) menurun
4.      Maturasi tulang terhambat.
5.      Anemia ringan
6.      Aktivitas dan konsentrasi berkurang
b.      Marasmus
1.      Berat badan sangat rendah
2.      Kemunduran pertumbuhan otot (atrophi)
3.      Tanda-tanda pada gigi: Mottled enamel; Karies gigi, Pengikisan (attrition), Hipolasia enamel (enamel hypoplasia), Erosi email (enamel erosion).
4.      Tanda-tanda pada gusi : Spongy bleeding gums, yaitu bunga karang keunguan atau merah yang membengkak pada papila gigi bagian dalam dan atau tepi gusi.
5.      Wajah anak seperti orang tua (old face)
6.      Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh
7.      Cengeng dan apatis
8.      Kulit kering dan berlipat lipat karena tidak ada jaringan lemak dibawah kulit
9.      Sering diare
10.  Rambut rontok sehingga menjadi tipis.
c.       Kwashiorkor
1.      Edema yang dapat terjadi di seluruh tubuh
2.      Wajah sembab dan membulat
3.      Mata sayu
4.      Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan mudah rontok
5.      Cengeng dan apatis
6.      Pembesaran hati, otot mengecil, bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis) sering disertai penyait infeksi terutama akut, diare dan anemia.
d.      Kwashiorkor Marasmus
1.      Badan yang sangat kurus
2.      Edema
3.      Kelianan rambut
4.      Kulit mengering dan kusam
5.      Otot menjadi lemah
6.      Menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah
Bagaimana cara mencegahnya?
            Cara mencegah yaitu dapat dilakukan dengan :
1.      Menerapkan pola makan yang sehat yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
2.      Memperbaiki intake zat gizi yang masuk kedalam tubuh.
3.      Mempertahankan ststus gizi yang sudah baik tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance di institusi kesehatan misalnya puskesmas.
4.      Penyuluhan pembepian makanan pendamping ASI.
5.      Mengkonsumsi makanan dengan bervariasi.
6.      Memperbaiki atau mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi.
Daftar Pustaka
Par`I, H.M. (2016). Penilaian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar. Jakarta: EGC
Budiyanto. 2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Media, Malang.
Kemenkes. 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Jakarta
Anggraeny, Olivia et al. 2016. “Korelasi Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas, Hemoglobin, Dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan.” 3(2): 105–22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...