Apa itu GAKY?
GAKY
merupakan kumpulan segala yang ditimbulkan akibat tubuh kekurangan yodium
secara terus menerus dalam waktu lama, yodium adalah yang zat dibutuhkan oleh
tubuh manusia diubah menjadi hormon di kelenjar gondok, dan fungsi dari hormon
ini adalah menjaga pertumbuhan dan perkembangan (Novitriani, 2015). Kekurangan
unsur yodium terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana tanah atau air
disuatu daerah sangat miskin dari unsur yodium tersebut.
Bagaimana proses terjadinya
Gaky?
Kekurangan
yodium dalam makanan sehari-hari yang berlangsung lama akan menganggu fungsi
kelenjar tiroid, bila sintesis hormon tiroid berkurang kadar tiroksin (T4 ) dan
T3 di dalam darah memicu sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid untuk menyerap lebih banyak yodium. Hal ini
menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih giat, sehingga secara perlahan
kelenjar ini membesar (hyperplasia) dan disebut gondok(Patuti et al., 2010).
Apa saja ni faktor risiko GAKY
Mom’s?
Faktor
Internal
Ø Keturunan
(Genetik)
Ø Pengetahuan
Faktor
Eksternal
Ø Pendidikan
Orang Tua
Ø Pendapatan
Keluarga yang Rendah
Ø Tingkat
Pengetahuan Pengolahan Makanan Orang Tua
Ø Pola
Konsumsi Pangan Zat Goitrogenik
Ø Bahan
Makanan yang Mengandung Yodium
Ø Penggunaan
Garam
Ø Wilayah
Daerah Pegunungan
Ø Kandungan
Yodium dalam Air
Perlu tau nih Mom’s, apa saja bahaya
dari GAKY?
Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) yang terjadi pada anak dapat menurunkan kecerdasan
anak. Anak yang kekurangan yodium memiliki IQ yang lebih rendah daripada anak
yang sehat yaitu 15-20 poin lebih rendah(Mahdiya Izati and Mahmudiono, 2017). Hal
ini sesuai dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa kurangnya
pengkonsumsian yodium dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas
manusia, karena dapat menurunkan Intelligence Quotient (IQ) pada anak usia
sekolah dasar(Hariyanti, 2013). Selanjutnya defisiensi
besi pada seseorang dapat mengganggu kemampuan kognitif sepanjang hidupnya.
Anak-anak yang terhambat perkembangan psikomotornya, ketika mencapai usia
sekolah, kemampuan kognitifnya akan terganggu, yaitu dalam tes bahasa, ketrampilan,
dan koordinasi atau sama dengan penurunan IQ sebesar 5-19 poin Penelitian lain menyatakan
bahwa keadaan hipotiroidisme turut berperan dalam terjadinya anemia defisiensi
besi di mana terjadi gangguan sintesis hemoglobin akibat defisiensi hormon
tiroksin serta kegagalan usus untuk mengabsorpsi besi.
Selain pada anak-anak,
GAKY juga berbahaya loh Mom’s bagi ibu hamil, antara lain mempunyai risiko
terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa
gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Semua
gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah,
rendahnya produktifitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai
permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan(Patuti et al., 2010).
Apa
saja yang bisa Mom’s lakukan untuk mencegah GAKY?
Ø Jangka pendek :
·
Suplementasi
·
Distribusi kapsul minyak beryodium pada
kecamatan endemik GAKY berat dan sedang (TGR >/ 20%)
Ø Jangka panjang :
·
Fortifikasi :
Yodisasi
garam, makanan
·
Perbaikan pola makan :
Meningkatkan
konsumsi pangan beryodium
Mengurangi
konsumsi pangan goitrogenik
· Yodisasi
air
Daftar Pustaka :
Hariyanti, W. (2013). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEJADIAN GAKY Wahyu Hariyanti Veni Indrawati Abstrak. 2(Idd).
Patuti, N., Sudargo, T., & Wachid, D. N. (2010).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di
pinggiran pantai Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 7(1), 17. https://doi.org/10.22146/ijcn.17611
Mahdiya Izati, I. and Mahmudiono, T. (2017) ‘Pola Konsumsi
Makanan Sumber Yodium dan Goitrogenik dengan GAKY pada Anak Usia Sekolah di
Ponorogo Iodine and Goitrogenic Intake among School Children in Ponorogo’, Amerta
Nutrition, 1(2), pp. 88–97. doi: 10.2473/amnt.v1i2.2017.88-97.
Novitriani,
K. (2015) ‘Analisa Kadar Iodium Pada Telur Asin’, Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi,
12(1), p. 236. doi: 10.36465/jkbth.v12i1.84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar