Sabtu, 11 April 2020

Konstipasi: Apakah Salah Makanan?

Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau buang air besar diperlukan mengejan secara berlebihan. Hal ini terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun dan umur dibawah 4 tahun. 


Frekuensi buang air besar pada masing-masing individu sehat mungkin bervariasi, normalnya berkisar tiga kali sehari sampai dengan tiga kali seminggu. Adanya penurunan abnormal pada frekuensi buang air besar dengan disertai/tanpa rasa nyeri selama mengejan disebut sebagai konstipasi atau sembelit. Feses dengan konsistensi keras dapat menimbulkan kesulitan defekasi (buang air besar).

Penyebab Konstipasi

Ketika makanan masuk ke dalam saluran pencernaan, tubuh akan mengambil nutrisi atau zat-zat gizi dan air dari makanan tersebut. Sisa atau ampas dari makanan tersebut selanjutnya dikeluarkan melalui usus halus lewat kontraksi usus. Meskipun makanan menjadi salah satu faktor utama penyebab konstipasi, perlu diingat bahwa konstipasi juga timbul akibat pola hidup yang tidak sehat. Ada berbagai penyebab mengapa konstipasi bisa terjadi pada seseorang.
Kurangnya mengkonsumsi cairan, kurangnya beraktivitas, tidak cukupnya makan makanan berserat, konsumsi obat-obatan tertentu, tidak menyegerakan ke kamar mandi saat ingin buang air besar dan secara teratur menggunakan laksatif atau obat pencahar akan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pencernaan yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya konstipasi. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak seperti fast food dan gorengan dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Sebab makanan tersebut banyak mengandung sumber lemak, kolestrol yang tinggi dan rendah serat. Posisi yang salah saat buang air besar juga dapat menyebabkan buang air besar menjadi sulit, rasa tidak tuntas, dan membutuhkan usaha mengejan untuk mengeluarkan feses dimana jika hal tersebut tidak diatasi dapat menyebabkan konstipasi. 

Cara Menangani Konstipasi

Makan makanan dengan cukup kandungan serat dan minum cukup banyak cairan adalah kunci dalam penanganan konstipasi. Dengan minum cukup air dan makanan berserat akan membantu pergerakan feses dan membuat feses menjadi lebih lunak.
Semakin tercukupi asupan serat maka frekuensi defekasi semakin normal yaitu diatas 3 kali dalam seminggu dan sebaliknya semakin tidak tercukupi asupan serat maka frekuensi defekasi akan semakin berkurang yaitu dibawah 3 kali/minggu. Serat makanan memiliki kemampuan mengikat air di dalam kolon membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Dengan demikian feses lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan dengan mengkonsumsi serat adalah bertambahnya volume feses, melunakkan konsistensi feses dan memperpendek waktu transit di usus. Peningkatan aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi konstipasi.


Tips Mencegah Konstipasi

  • Jangan mengabaikan atau menahan keinginan untuk buang air besar. 
  • Makanlah lebih banyak makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
  • Minumlah cukup banyak air, kira-kira 8 gelas setiap hari.
  • Jangan mengkonsumsi obat pencahar (laksatif) terlalu sering. Penggunaan laksatif secara berlebihan bisa merusak tinja dan bisa membuat konstipasi yang terjadi bertambah parah.
  • Sering berolahraga atau beraktifitas.
  • Batasi makanan yang tinggi lemak dan gula (seperti makanan yang manis-manis, keju, dan makanan olahan). Makanan-makanan tersebut dapat menimbulkan konstipasi.
  • Posisi saat buang air besar perlu diperhatikan. Posisi jongkok saat buang air besar merupakan cara yang paling baik dibandingkan dengan posisi duduk karena ketika keinginan buang air besar muncul, diafragma akan memberikan tekanan yang kuat pada sisa-sisa pencernaan agar sampai pada rektum.
 

Apa itu Laksatif?

Laksatif (obat pencahar) seringkali dianggap sebagai solusi termudah untuk mengatasi konstipasi, tetapi jika tidak digunakan secara benar, obat ini sebenarnya dapat menimbulkan masalah lain yang lebih banyak.
Laksatif bekerja melalui banyak cara dan masing-masing jenis menimbulkan masalah tersendiri. Beberapa diantaranya bersifat sebagai lubrikan (pelumas), sedangkan lainnya dapat melunakkan konsistensi feses, menyerap air lebih banyak pada usus besar, dan ada juga yang membentuk massa. Salah satu bahaya dari laksatif yaitu dapat menimbulkan ketergantungan pada penggunanya. Bahkan beberapa jenis laksatif diketahui dapat merusak sel-sel saraf pada kolon (usus besar) sampai akhirnya membuat individu tersebut tidak dapat buang air besar lagi. Laksatif dapat menghambat absorpsi atau menghilangkan efikasi obat. Laksatif berbahan dasar minyak mineral dapat mencegah absorpsi vitamin A, D, E, dan K. Jenis laksatif lainnya dapat merusak dinding usus. Karena itu penggunaan laksatif sebaiknya dihindari dan hanya digunakan atas anjuran dokter. Untuk mengatasi konstipasi, individu lebih dianjurkan untuk secara rutin berolahraga, cukup minum, dan mengonsumsi makanan yang tinggi serat.

Referensi

ITB (2020) Konstipasi: Penyebab dan Cara Penanganan yang Tepat, UPT Yankes ITB. Available at: https://yankes.itb.ac.id/informasi/kesehatan/konstipasi-penyebab-dan-cara-penanganan-yang-tepat/ (Accessed: 11 April 2020). 
Djojoningrat Dharmika. Pendekatan Klinis Penyakit Gastroenterology. Dalam Sudoyo W, Aru. Ed Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing, 2006 : 444-445
Orenstein, Amy E Foxx et al. Update on Constipation : One Treatment Does Not Fit All. Cleveland Clinic Journal of Medicine Vol 75 No 11, 2008
Ambarita, Elyzzabeth Mayorga et al. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9 (1) : 714
Mayes, PA.Lipid yang Memiliki Makna Fisiologis. In : Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW (eds). Biokimia Harper edisi 25. Jakarta : EGC, 2003a, pp 151-2
Chhajer. Biman Constipation. New Delhi : Fusion Books, 2005
Khomsan, Ali et al. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya,2004
Isbit, Jonathan.Health Benefits of the Natural Squatting Position. http://www.naturesplatform.com/health_ benefits.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...