Minggu, 12 April 2020

KEK (Kekurangan Energi Kronis) PADA REMAJA PUTRI


KEK (Kekurangan Energi Kronis) 
 PADA REMAJA PUTRI


Permasalahan KEK (Kurang Energi Kronik) banyak dialami oleh remaja karena usia remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, bertambahnya massa otot, bertambahnya jumlah lemak dan tentu kebutuhan zat gizinya. Pada usia remaja membutuhkan kecukupan zat gizi dalam memenuhi kebutuhan zat gizi tubuhnya dan memproduksi energi dalam menunjang aktivitasnya.
Banyak remaja putri yang menginginkan proporsi tubuh yang ideal (body image). Namun banyak dari mereka memiliki persepsi yang salah mengenai tubuh ideal dan cara mendapatkan tubuh ideal tersebut. Persepsi yang salah yaitu seperti mengurangi porsi makan sehari-hari (terutama sumber karbohidrat dan protein).
KEK (Kurang Energi Kronik) merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung secara terus menerus (Almatsier 2009). Pengukuran status KEK dengan menggunakan pengukuran LILA (Lingkar  Lengan Atas), seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana hasil LILA>23,5 cm. Dengan pengukuran LILA maka akan didapatkan gambaran mengenai ketersediaan zat gizi di otot dan lemak dalam tubuh (Zaki et al., 2017). Massa otot dipengaruhi oleh tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit dapat mempengaruhi penurunan massa otot pada lengan (Zaki et al., 2017).

Penyebab KEK pada remaja
1.      Body Image
Remaja putri akan membentuk gambaran dan persepsi mengenai tubuh yang dimiliki atau biasa disebut dengan body image. Remaja putri cenderung ingin memiliki tubuh yang kurus untuk mencapai standar idealnya (Kek et al., 2020). Dalam mencapai proporsi badan yang ideal, banyak remaja yang mengsalah artikan mengenai prosesnya yaitu dengan menurunkan berat badan secara drastis dan mengurangi porsi makannya terutama makanan sumber karbohidrat dan protein.
2.      Sosial Ekonomi
Pada kondisi ekonomi yang baik maka asupan zat gizinya akan lebih terpenuhi sesuai kebutuhannya dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka proporsi pengeluaran untuk makannya semakin rendah, tetapi kualitas makanannya semakin membaik. Sedangkan semakin rendahnya pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi proporsi untuk makannya tetapi dengan kualitas makanan yang rendah (Enoch dkk, 1992).
3.      Kurang Asupan Zat Gizi
Kekurangan asupan zat gizi pada KEK dapat terjadi ketika remaja mengurang konsumsi makannya. Kurangnya asupan zat gizi sesuai dengan pedoman gizi seimbang juga dapat mempengaruhi terjadinya KEK pada remaja. Seperti mengurangi porsi makan nasi, atau bahkan tidak makan nasi sama sekali. Kurang asupan zat gizi pada remaja juga dapat timbul karena kurangnya pengetahuan remaja mengenai pentingnya pemenuhan zat gizi (Arista et al., 2017).

Dampak KEK

·         Menurunnya konsentrasi dalam belajar

·         Mudah lelah

·         Sering sakit kepala

·         Anemia (ketika mengalami defisiensi zat gizi Fe)

·         Osteoporosis (ketika mengalami defisiensi zat gizi Ca)

·         Gangguan hormonal



Pencegahan KEK
            Dengan menjalankan pola hidup sehat yaitu dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan mengikuti PSG (Pesan Gizi Seimbang), menerapkan Isi Piringku (dalam satu piring harus terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lauk-pauk, buah dan sayur). Dan juga rutin memperiksakan diri dengan melakukan Pemantauan Status Gizi (PSG) secara teratur minimal 6 bulan sekali (Rahmi et al., 2009).

Daftar Pustaka
Arista, A. D., Widajanti, I. L., Si, M., & Aruben, D. R. (2017). Hubungan Pengetahuan,Sikap,Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Indeks Massa Tubuh/Umur dengan Kekurangan Energi Kronik pada Remaja Putri (Studi di Sekolah Menengah Kejuruan Islamic Centre Baiturrahman Semarang pada Puasa Ramadhan Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 585–591.
Kek, K., Remaja, P., Di, P., & Bogor, S. (2020). Body image. 3(2), 128–137.
Rahmi, N., Azrimaidaliza, & Edmon. (2009). Determinan Status Gizi Remaja Putri Di MAN Model. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 72–76.
Zaki, I., Sari, H. P., & Farida. (2017). Asupan zat gizi makro dan lingkar lengan atas pada remaja putri di kawasan perdesaan kabupaten banyumas. Pangan, Gizi Dan Kesehatan, November, 435–441. jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/viewFile/535/442%0A

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...