Minggu, 12 April 2020


BAHAYA ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL DAN CARA PENANGANANNYA

Sumber : Hellosehat.com
           
            Salah satu ciri negara yang sedang berkembang adalah masalah kesehatan yang masih rendah. Di negara Indonesia rendahnya kesehatan ditandai dengan masih tingginya angka kematian pada ibu. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu secara nasional adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan untuk jawa tengah adalah 116 per 100.000 kelahiran hidup.
            Menurut WHO, 40% kematian Ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut. Frekuensi ibu hamil di Indonesia yang mengalami anemia masih sangat tinggi yaitu 63,5% dibandingkan di Amerika hanya 6% (Saiffudin, 2002). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

APA ITU ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL?   
            Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang masih banyak dijumpai di Indonesia. Anemia adalah kondisi ibu hamil dengan kadar HB di bawah 11 gram% pada trimester I & III , kadar HB < 10,5 gram % pada trimester II. Anemia pada ibu hamil lebih banyak disebabkan karena defisiensi zat besi yang sering dikenal dengan anemia defisiensi zat besi, atau Anemi Gizi Besi (AGB) dengan masih tingginya angka prevalensi anemia gizi besi di Indonesia sebesar 37,1%. (Riskesdas, 2013).

APA PENYEBAB DAN DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL?
            Menurut Rustam (1998), penyebab sebagian besar anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin disebut anemia defisiensi besi. Anemia pada ibu hamil membawa akibat dan komplikasi yang berisiko tinggi untuk terjadinya keguguran, perdarahan, BBLR, atonia uteri, inersia uteri, retensioplasenta. Kebutuhan zat besi pada saat kehamilan meningkat. Beberapa literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan banyak zat besi.
            Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil akan berdampak pada besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, angka kesakitan dan kematian janin, serta risiko terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Risiko timbulnya anemia defisiensi besi dapat dicegah apabila ibu hamil dapat memenuhi kebutuhannya akan zat besi. Kebutuhan zat besi ibu hamil mengalami peningkatan hingga 1040 mg karena mutlak dibutuhkan oleh janin dan plasenta. Jumlah kebutuhan zat besi yang banyak ini menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi defisiensi besi. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil,  suplai zat besi dari makanan masih belum bisa mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi (Depkes RI, 2009)

BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL?
            Pencegahan anemia defisiensi besi telah lama dilakukan di Indonesia. Salah satu tindakannya adalah melalui program suplementasi besi dan asam folat pada ibu hamil dengan melaksanakan pemberian tablet besi folat secara gratis. Namun, manfaat pemberian tablet besi folat ini sering dihambat oleh kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi folat. Kepatuhan dalam mengonsumsi tablet besi folat merupakan salah satu faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi selain penyediaan tablet besi dan sistem distribusinya. Keberhasilan program pencegahan anemia sangat tergantung pada partisipasi masyarakat yang berdasar pada analisis perubahan perilaku yang berupa penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik yang ada di masyarakat. Perilaku timbul karena adanya dorongan dari dalam diri manusia yang disebut motivasi.

Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan berikut :
A.    Zat Besi (Fe)
            Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2003). Zat besi adalah garam besi dalam bentuk tablet/kapsul yang apabila dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Wanita hamil mengalami pengenceran sel darah merah sehingga memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah merah janin (Anasari, 2012).
Manfaat Fe bagi ibu hamil :
-          Metabolisme energi. Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi.
-          Sistem kekebalan. Besi memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh, respon kekebalan oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara aktif dalam keadaan tubuh kekurangan besi
-          Pelarut obat-obatan. Obat-obatan yang tidak larut oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Anasari, 2012).
B.     Kebutuhan Fe pada Ibu Hamil
            Semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan untuk :
·         ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
·         ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
·         ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/ sel darah merah.
·         ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
·         ± 200 mg lenyap ketika melahirkan
            Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi 6 dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu (Susiloningtyas, 2012).
            Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :
1.      Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2.      Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.
3.      Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg (Susiloningtyas, 2012).
            Menurut penelitian Yunita (2011) yang dikutip oleh Anik, tablet Fe atau tablet penambah darah adalah 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat yang diberikan peroral atau yang biasa disebut dengan terapi zat besi oral. Kandungan zat besi dalam tablet Fe lebih besar dari pada asam folat, hal ini disebabkan karena anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat besi lain (Sulistiyanti, 2015).
C.    Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Fe
            Kepatuhan Mengonsumsi tablet Fe merupakan perilaku dimana ibu hamil mendukung program suplementasi besi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah anemia pada ibu hamil (Budiarni, 2012). Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Anasari, 2012). Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe pada ibu hamil merupakan tingkat konsumsi terhadap table Fe dalam kurun waktu 10 hari. Ibu hamil dikatakan patuh jika skor ≥ 90% , apanila skor < 90%, ibu hamil dikatakan tidak patuh menonsumsi tablet besi atau Fe (Budiarni, 2012)
            Menurut Prawirohardjo (2010) faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pengetahuan dan potensi sumber daya manusia. Hal ini di dukung oleh Iswanto,dkk., (2011) yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia defisiensi besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. juga menurut BKKBN (2011) pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia yaitu pemberian tablet zat besi (Triyani & Purbowati, 2016).
            Selain itu, penyuluhan kesehatan melalui pendekatan individu dan kelompok massa, juga dapat mempengaruhi kepatuhan berobat. Ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Prokop dan Bradley (1981) yang menyatakan bahwa semakin sering penyuluhan dilakukan semakin tinggi kepatuhannya. Masalah ketidakpatuhan ini juga dibuktikan oleh beberapa peneliti dengan ditemukannya kejadian ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe di beberapa tempat antara lain Rochayati di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 menemukan dari 24 ibu hamil pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 50 % diantaranya tidak patuh mengkonsumsi suplemen zat besi setiap hari (Triyani & Purbowati, 2016).



Sumber Pustaka :
Anasari, W. H. dan T. (2012). Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Fe, 3(2), 41–53. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 3(2), 41–53.
Budiarni, W. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil, 1(1), 99–106. https://doi.org/10.14710/jnc.v1i1.364
Sulistiyanti, A. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran I Sragen. Jurnal Kebidanan Dan Ilmu Kesehatan, 2(2), 8–22.
Susiloningtyas, I. (2012). PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN Oleh : Is Susiloningtyas. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 50, 128.
Triyani, S., & Purbowati, N. (2016). Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Dalam Mencegah Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Jakarta Pusat. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 3(2), 215–229. Retrieved from http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/jitek/article/view/106/84





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...