Selasa, 14 April 2020

LADIES, YUK KENALI KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)


LADIES, YUK KENALI KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)



Apa Itu KEK ?
Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana terjadi kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan (Helena, 2013). Depkes RI menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan dimana penderita kekurangan makanan yang umumnya terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kekurangan gizi secara akut ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak adekuat selama periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein. Kekurangan energi kronis pada WUS saat ini sedang menjadi fokus pemerintah dan tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan seorang WUS yang KEK memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang akan menderita KEK dikemudian hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi risiko KEK di Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada WUS.

Mengapa KEK Bisa Terjadi ?
Terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi sehingga simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau kombinasi keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.

Apa Saja Tanda & Gejala KEK ?
Tanda dan gejala terjadinya KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan LiLA kurang dari 23,5 cm. LiLA umumnya dijadikan indikator antropometris untuk menilai kejadian KEK. Kategori KEK adalah apabila LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran. Menurut Depkes RI (1994) di dalam buku Supariasa (2002) pengukuran LiLA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan pada masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.
Tujuan pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil maupun calon ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara lain:
a.     Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
b.     Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c.     Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
d.     Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
e.     Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm, apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan pada anak (Supariasa, 2002).

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi KEK
Berdasarkan penelitian Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain:
  • Jumlah asupan makanan

Asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dalam periode waktu yang lama akan berimbas pada KEK. Oleh karena itu, pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui proporsi yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
  • Umur

Semakin muda dan semakin tua umur seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena masih digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan untuk umur tua juga tetap membutuhkan energi yang besar karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal.
  • Beban kerja/aktivitas

Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas fisik yang lebih berat otomatis memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
  • Penyakit / Infeksi

Malnutrisi dapat menjadikan tubuh rentan terkena penyakit infeksi dan sebaliknya penyakit infeksi akan menyebabkan penurunan status gizi dan mempercepat terjadinya malnutrisi. Mekanismenya yaitu:
·       Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
·       Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus.
·       Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
  • Pengetahuan tentang gizi

Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat, maka pengetahuan terkait gizi juga akan bartambah baik.
  • Pendapatan keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60% hingga 80% dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.

Dampak
KEK mempunyai dampak terbesar saat kehamilan dan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Adapun dampak yang dimaksud meliputi (Helena, 2013):
  • Akibat KEK saat hamil hamil antara lain:

·       Terus menerus merasa letih
·       Kesemutan
·       Muka tampak pucat
·       Kesulitan sewaktu melahirkan
·       Air susu yang keluar setelah melahirkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
  • Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain:

·       Keguguran
·       Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
·    Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)
·       Kematian bayi

Cara Mencegah KEK Pada Wanita Usia Subur
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada wanita usia subur yang menderita KEK dan berasal dari keluarga miskin, dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak wanita usia subur dengan status gizi baik. Pada wanita usia subur yang menderita KEK dan berasal dari keluarga miskin, kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi KEK sampai ke tingkat yang paling rendah.



Referensi :
Paramata, Y., & Sandalayuk, M. (2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of Public Health2(1), 120-125.
Mulyani, I., Amir, S., & Astuti, N. F. W. (2016). LAPORAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PERSEPSI BODY IMAGE DAN POLA MAKAN TERKAIT TERJADINYA KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS IT ABU BAKAR YOGYAKRTA.
Stephanie, P., & Kartika, S. K. A. (2014). Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan Klungkung Bali 2014. E-Jurnal Medika Udayana5(6).
FAJARYANTI, R. Determinan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Wanita Usia Subur (WUS) Yang Menikah di Usia Remaja di Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...