LADIES,
YUK KENALI KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)
Apa Itu KEK ?
Kekurangan
Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Kekurangan Energi
Kronik (KEK) adalah keadaan dimana terjadi kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan (Helena, 2013).
Depkes RI menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan dimana
penderita kekurangan makanan yang umumnya terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS)
dan pada ibu hamil. Kekurangan gizi secara akut ini disebabkan oleh konsumsi
makanan yang tidak adekuat selama periode tertentu untuk mendapatkan tambahan
kalori dan protein. Kekurangan energi kronis pada WUS saat ini sedang menjadi
fokus pemerintah dan tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan seorang WUS yang KEK
memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang akan menderita KEK dikemudian
hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas,
mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi
ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi risiko KEK
di Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada WUS.
Mengapa
KEK Bisa Terjadi ?
Terjadinya
KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang didukung
oleh kekurangan asupan zat-zat gizi sehingga simpanan zat gizi pada tubuh
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka
simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Keadaan
KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang
dibutuhkan. Hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi adalah jumlah
zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau kombinasi keduanya. Zat
gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.
Apa
Saja Tanda & Gejala KEK ?
Tanda
dan gejala terjadinya KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg atau tampak
kurus dan LiLA kurang dari 23,5 cm. LiLA umumnya dijadikan indikator
antropometris untuk menilai kejadian KEK. Kategori KEK adalah apabila LiLA
kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran.
Menurut Depkes RI (1994) di dalam buku Supariasa (2002) pengukuran LiLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan pada masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko KEK.
Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LiLA adalah suatu cara untuk
mengetahui resiko KEK.
Tujuan
pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu hamil maupun calon
ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara lain:
a. Mengetahui
resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang
mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
b. Meningkatkan
perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan
gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatakan kesejahteraan
ibu dan anak.
d. Mengarahkan
pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
e. Meningkatkan
peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
Ambang
batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm, apabila
ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LILA,
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, kurang gizi,
gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan pada anak (Supariasa, 2002).
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi KEK
Berdasarkan penelitian
Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain:
- Jumlah asupan makanan
Asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dalam periode waktu yang lama akan
berimbas pada KEK. Oleh karena itu, pengukuran konsumsi makanan sangat penting
untuk mengetahui proporsi yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
berguna untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan
malnutrisi.
- Umur
Semakin
muda dan semakin tua umur seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi
yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena masih
digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan untuk umur tua juga
tetap membutuhkan energi yang besar karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan
untuk bekerja maksimal.
- Beban kerja/aktivitas
Aktivitas
dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan aktivitas fisik yang lebih
berat otomatis memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang
aktif.
- Penyakit / Infeksi
Malnutrisi
dapat menjadikan tubuh rentan terkena penyakit infeksi dan sebaliknya penyakit
infeksi akan menyebabkan penurunan status gizi dan mempercepat terjadinya malnutrisi.
Mekanismenya yaitu:
· Penurunan
asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
mengurangi makanan pada waktu sakit.
· Peningkatan
kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan yang
terus menerus.
· Meningkatnya
kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit yang
terdapat pada tubuh.
- Pengetahuan tentang gizi
Pemilihan
makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap
makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat,
maka pengetahuan terkait gizi juga akan bartambah baik.
- Pendapatan keluarga
Pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah
tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60% hingga 80% dari pendapatan riilnya
dibelanjakan untuk membeli makanan. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan
semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
Dampak
KEK
mempunyai dampak terbesar saat kehamilan dan dapat berakibat pada ibu maupun
janin yang dikandungnya. Adapun dampak yang dimaksud meliputi (Helena, 2013):
- Akibat KEK saat hamil hamil antara lain:
· Terus
menerus merasa letih
· Kesemutan
· Muka
tampak pucat
· Kesulitan
sewaktu melahirkan
· Air
susu yang keluar setelah melahirkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
- Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain:
· Keguguran
· Pertumbuhan
janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
· Perkembangan
otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang, bayi
lahir sebelum waktunya (Prematur)
· Kematian
bayi
Cara
Mencegah KEK Pada Wanita Usia Subur
Makan
makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk
makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga
dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber
melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan.
Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada wanita usia subur yang menderita
KEK dan berasal dari keluarga miskin, dapat meningkatkan konsentrasi Hb
walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak wanita usia subur dengan status
gizi baik. Pada wanita usia subur yang menderita KEK dan berasal dari keluarga
miskin, kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan
prevalensi KEK sampai ke tingkat yang paling rendah.
Referensi :
Paramata, Y., & Sandalayuk, M. (2019).
Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto
Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of Public Health, 2(1), 120-125.
Mulyani, I., Amir, S., & Astuti, N. F. W.
(2016). LAPORAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PERSEPSI BODY IMAGE DAN POLA MAKAN
TERKAIT TERJADINYA KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
IT ABU BAKAR YOGYAKRTA.
Stephanie, P., & Kartika, S. K. A. (2014).
Gambaran Kejadian Kurang Energi Kronik Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa
Pesinggahan Kecamatan Dawan Klungkung Bali 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 5(6).
FAJARYANTI, R. Determinan Kejadian Kekurangan
Energi Kronis (Kek) Pada Wanita Usia Subur (WUS) Yang Menikah di Usia Remaja di
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar