Sabtu, 11 April 2020

ANEMIA GIZI BESI: PERLUKAH KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH (TTD) BAGI REMAJA PUTRI?



Saat ini, Anemia masih menjadi salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di Indonesia. Anemia Gizi Besi adalah salah satu masalah gizi yang sering ditemukan pada remaja. Masalah ini disebabkan karena intake zat besi dan kualitas menu yang rendah serta banyaknya zat besi yang dikeluarkan bersama menstruasi. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar Hb kurang dari normal. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah >12 g/dl. Remaja putri  dikatakan anemia jika kadar Hb <12 gr/dl. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) proporsi anemia ibu hamil sebesar 46,9% dan anemia remaja sebesar 48,9%. Berdasarkan hal tersebut anemia lebih banyak dialami pada remaja.


Dampak Anemia Pada Remaja Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja. Kesehatan remaja sangat menentukan keberhasilan dari pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa depan. mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).


Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)



Remaja putri diharuskan untuk mengkonsumsi TTD karena mengalami menstruasi setiap bulan. TTD juga berguna untuk mengganti zat besi yang hilang karena menstruasi dan untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang belum tercukupi dari makanan. Zat besi pada remaja putri juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi belajar, menjaga kebugaran dan mencegah terjadinya anemia pada calon ibu di masa mendatang.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) bahwa remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD) sebesar 76,2% yang terdiri dari  sebanyak 80,9% di antaranya mendapatkan TTD di sekolah dan 19,1% menyatakan tidak didapatkan dari sekolah. Sedangkan yang tidak mendapatkan TTD sama sekali yaitu sebesar 23,8%. Tingkat konsumsi TTD yang < 52 butir sebesar 98,6% dan yang mengkonsumsi ≥ 52 butir sebesar 1,4%.
Peran guru sangat penting untuk membuat remaja putri patuh mengosumsi TTD karena waktu remaja putri lebih banyak dihabiskan di sekolah setiap harinya daripada di rumah. Adanya dukungan guru di sekolah yang mengingatkan remaja putri mengonsumsi TTD serta memberikan informasi mengenai TTD dapat memberikan sikap positif dalam diri remaja putri yang akan mewujudkan perilaku positif pula, yaitu patuh mengonsumsi TTD sesuai anjuran (Listiana 2016).
Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri dan wanita. Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid. 
Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. 


Referensi:
1. RI KK. Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta Kemenkes RI. 2018
2. Proverawati A. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011
3. Indonesia KKR. Pedoman pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dan wanita usia subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehat Masyarakat, Kementeri Kesehat Republik Indones Jakarta. 2016
4. Dieny FF. Permasalahan gizi pada remaja putri. Yogyakarta Graha Ilmu. 2014;7–9.
5. Listiana A. 2016. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. J Kesehatan 8(3):455-469.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...