Kamis, 16 April 2020

Cegah Rakhitis pada Anak, Yuk Kenali Gejalanya!





Rakhitis atau rickets Rakitis adalah pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkkan patah tulang dan kelainan bentuk. Ketiga nutrisi ini sangat penting guna pertumbuhan tulang agar tetap sehat dan kuat ketika anak dalam masa tumbuh kembang. Rakitis adalah salah satu penyakit anak yang paling sering terjadi di banyak negara berkembang. Penyebab utama adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan kalsium yang memadai dalam diet juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare berat dan muntah dapat menjadi penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi pada orang dewasa, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak penderita gizi buruk, biasanya akibat kelaparan atau selama tahap awal masa kanak-kanak. Penyakit rakitis umumnya paling sering menimpa anak-anak yang berusia 6 hingga 36 bulan karena usia tersebut memerlukan vitamin D yang lebih banyak untuk pertumbuhannya. Rickets sering terjadi pada bayi yang mendapat ASI berkepanjangan tanpa pemberian makanan tambahan dan tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Namun, meskipun begitu bukan berarti orang dewasa tidak bisa mengalaminya. Pada orang dewasa, penyakit rakitis disebut dengan osteomalacia.
Penyebab Rakhitis
Masalah kekurangan vitamin D biasanya disebabkan oleh minimnya asupan vitamin tersebut, atau ada gangguan penyerapan zat gizi di dalam tubuh.
1.      Kekurangan vitamin D
Penyebab utama dari rakhitis adalah kurangnya vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap kalsium dan fosfor dari makanan. Anak bisa terkena rakhitis jika dia tidak mendapatkan cukup asupan vitamin D atau memiliki masalah dalam penggunaan vitamin D dalam tubuh. Vitamin D tidak hanya ditemukan dalam makanan, tetapi dapat secara alami diproduksi di kulit ketika terkena sinar matahari. Anak mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin D jika dia tinggal di daerah dengan sedikit sinar matahari, menerapkan diet vegetarian, atau tidak mengonsumsi produk susu.
2.      Vitamin D tidak diserap di tubuh
Beberapa anak terlahir dengan kondisi medis yang memengaruhi cara tubuh menyerap vitamin D. Beberapa contoh meliputi: Penyakit celiac, Penyakit radang pencernaan, Cystic fibrosis, Gangguan ginjal.
Pada beberapa anak, rakitis adalah penyakit bawaan. Rakitis bawaan membutuhkan perawatan medis yang sangat khusus.
Tanda Gejala Rakhitis pada Anak
Ada berbagai macam tanda yang muncul ketika seseorang mengalami rakhitis. Umumnya, anak – anak dengan kondisi ini,akan merasakan sakit dan kram ditulang, dan menjadi lebih rewel. Berikut ini adalah tanda dan gejala rakhitis :
a)      Pertumbuhan tertunda atau terhambat. Dibandingkan anak-anak seusianya, tubuh anak pendek. Hal ini disebabkan karena tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
b)      Terasa nyeri pada tulang kaki, lengan, tulang belakang atau panggul.
c)      Otot yang lemah, kemampuan berjalan pada anak menjadi terhambat.
d)     Kerusakan tulang, mudah mengalami patah tulang. Mengalami kelainan pada bentuk tulang seperti, tulang belekang melengkung, bentuk tengkorak aneh, terdapat benjolan pada tulang rusuk, tulang dada menonjol, adanya kelainan bentuk panggul, penebalan pada pergelangan kaki. Kaki ataupun tempurung lutut menjadi bengkok. Tengkorak kepala lunak.
e)      Terdapat kelainan pada bentuk gigi seperti, struktur gigi yang berantakan, gigi mudah berlubang, gigi kecil-kecil dan stuktur gigi cacat.
f)       Sering kedutan, kram otot dan kesemutan pada tangan dan kaki. Keadaan ini biasanya bisa bertambah parah. Hal ini disebabkan karena rendahnya kadar kalisum dalam darah.
Mencegah Rakhitis pada Anak
Penyakit rakhitis dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
1.      Mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang seperti fosfor, kalsium dan vitamin D. Vitamin D bisa didapatkan dari makanan seperti minyak ikan, ikan dan kuning telur. Sedangkan makanan lainnya yang diperkaya dengan vitamin D yaitu sereal, jus jeruk, susu dan susu formula. Berdasarkan penelitian, rakhitis pada anak juga bisa dicegah dari  sebelum anak lahir. Ini bisa dilakukan dengan memperhatikan kecukupan asupan vitamin D selama masa kehamilan.
2.      Jemur anak di bawah sinar matahari pagi secara rutin selama 10 - 15 menit tiap hari. Waktu yang dianjurkan sebelum jam 10. Sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan vitamin D oleh tubuh. Selama menjemur balita di bawah sinar matahari, jangan pakaikan tabir surya, karena itu justru menghalangi sinar matahari pada kulit.
3.      Jika asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi masih kurang, mintalah pada dokter untuk meresepkan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Ibu hamil dan menyusui juga memerlukannya. Konsumsi suplemen berlebih dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri tulang, sakit kepala, pusing, sembelit, mual, muntah, sakit perut, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan sering haus.
.
Sumber :
Chairunnisa, E., Candra, A., & Panunggal, B. (2018). Asupan Vitamin D, Kalsium Dan Fosfor Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 12-24 Bulan Di Kota Semarang. 7(1), 39–44.
Soepomo, P. (2015). Visualisasi tiga dimensi gangguan fisiologis pada tulang manusia 1. 3, 304–312.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...