Rakhitis atau rickets Rakitis adalah
pelunakan tulang pada anak-anak karena kekurangan atau gangguan metabolisme
vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium, berpotensi menyebabkkan patah tulang
dan kelainan bentuk. Ketiga nutrisi ini sangat penting guna pertumbuhan tulang
agar tetap sehat dan kuat ketika anak dalam masa tumbuh kembang. Rakitis adalah
salah satu penyakit anak yang paling sering terjadi di banyak negara
berkembang. Penyebab utama adalah kekurangan vitamin D, namun kekurangan
kalsium yang memadai dalam diet juga dapat menyebabkan rakitis (kasus diare
berat dan muntah dapat menjadi penyebab kekurangan). Meskipun dapat terjadi
pada orang dewasa, sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak penderita gizi
buruk, biasanya akibat kelaparan atau selama tahap awal masa kanak-kanak. Penyakit
rakitis umumnya paling sering menimpa anak-anak yang berusia 6 hingga 36 bulan
karena usia tersebut memerlukan vitamin D yang lebih banyak untuk
pertumbuhannya. Rickets sering terjadi pada bayi yang mendapat ASI
berkepanjangan tanpa pemberian makanan tambahan dan tidak mendapatkan sinar
matahari yang cukup. Namun, meskipun begitu bukan berarti orang dewasa tidak
bisa mengalaminya. Pada orang dewasa, penyakit rakitis disebut dengan
osteomalacia.
Penyebab
Rakhitis
Masalah kekurangan vitamin D
biasanya disebabkan oleh minimnya asupan vitamin tersebut, atau ada gangguan
penyerapan zat gizi di dalam tubuh.
1.
Kekurangan vitamin D
Penyebab
utama dari rakhitis adalah kurangnya vitamin D yang dibutuhkan tubuh untuk
menyerap kalsium dan fosfor dari makanan. Anak bisa terkena rakhitis jika dia
tidak mendapatkan cukup asupan vitamin D atau memiliki masalah dalam penggunaan
vitamin D dalam tubuh. Vitamin D tidak hanya ditemukan dalam makanan, tetapi
dapat secara alami diproduksi di kulit ketika terkena sinar matahari. Anak mungkin
tidak mendapatkan cukup vitamin D jika dia tinggal di daerah dengan sedikit
sinar matahari, menerapkan diet vegetarian, atau tidak mengonsumsi produk susu.
2.
Vitamin D tidak diserap di tubuh
Beberapa
anak terlahir dengan kondisi medis yang memengaruhi cara tubuh menyerap vitamin
D. Beberapa contoh meliputi: Penyakit celiac, Penyakit radang pencernaan, Cystic
fibrosis, Gangguan ginjal.
Pada
beberapa anak, rakitis adalah penyakit bawaan. Rakitis bawaan membutuhkan
perawatan medis yang sangat khusus.
Tanda Gejala
Rakhitis pada Anak
Ada berbagai macam tanda yang muncul
ketika seseorang mengalami rakhitis. Umumnya, anak – anak dengan kondisi ini,akan
merasakan sakit dan kram ditulang, dan menjadi lebih rewel. Berikut ini adalah
tanda dan gejala rakhitis :
a)
Pertumbuhan tertunda atau terhambat. Dibandingkan
anak-anak seusianya, tubuh anak pendek. Hal ini disebabkan karena tidak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
b)
Terasa nyeri pada tulang kaki, lengan, tulang belakang
atau panggul.
c)
Otot yang lemah, kemampuan berjalan pada anak menjadi
terhambat.
d)
Kerusakan tulang, mudah mengalami patah tulang. Mengalami
kelainan pada bentuk tulang seperti, tulang belekang melengkung, bentuk
tengkorak aneh, terdapat benjolan pada tulang rusuk, tulang dada menonjol,
adanya kelainan bentuk panggul, penebalan pada pergelangan kaki. Kaki ataupun
tempurung lutut menjadi bengkok. Tengkorak kepala lunak.
e)
Terdapat kelainan pada bentuk gigi seperti, struktur gigi
yang berantakan, gigi mudah berlubang, gigi kecil-kecil dan stuktur gigi cacat.
f)
Sering kedutan, kram otot dan kesemutan pada tangan
dan kaki. Keadaan ini biasanya bisa bertambah parah. Hal ini disebabkan karena
rendahnya kadar kalisum dalam darah.
Mencegah Rakhitis
pada Anak
Penyakit rakhitis dapat dicegah dengan beberapa cara
yaitu :
1. Mengonsumsi
makanan yang mengandung nutrisi seimbang seperti fosfor, kalsium dan vitamin D.
Vitamin D bisa didapatkan dari makanan seperti minyak ikan, ikan dan kuning
telur. Sedangkan makanan lainnya yang diperkaya dengan vitamin D yaitu sereal,
jus jeruk, susu dan susu formula. Berdasarkan penelitian, rakhitis pada anak
juga bisa dicegah dari sebelum anak
lahir. Ini bisa dilakukan dengan memperhatikan kecukupan asupan vitamin D
selama masa kehamilan.
2. Jemur anak di
bawah sinar matahari pagi secara rutin selama 10 - 15 menit tiap hari. Waktu
yang dianjurkan sebelum jam 10. Sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan
vitamin D oleh tubuh. Selama menjemur balita di bawah sinar matahari, jangan
pakaikan tabir surya, karena itu justru menghalangi sinar matahari pada kulit.
3. Jika asupan
gizi dari makanan yang dikonsumsi masih kurang, mintalah pada dokter untuk
meresepkan suplemen vitamin D dan kalsium sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
Ibu hamil dan menyusui juga memerlukannya. Konsumsi suplemen berlebih dapat
menimbulkan efek samping berupa nyeri tulang, sakit kepala, pusing, sembelit,
mual, muntah, sakit perut, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, dan
sering haus.
.
Sumber :
Chairunnisa, E., Candra, A., & Panunggal, B. (2018). Asupan
Vitamin D, Kalsium Dan Fosfor Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 12-24
Bulan Di Kota Semarang. 7(1), 39–44.
Soepomo, P. (2015). Visualisasi tiga dimensi gangguan
fisiologis pada tulang manusia 1. 3, 304–312.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar