Senin, 13 April 2020

Tips Mencegah Dislipidemia


Yuk Jauhi Dislipidemia, Ini dia Tipsnya!









Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi abnormalitas kadar lipid di dalam darah, diantaranya peningkatan kadar kolesterol, LDL (Low Density Lipoprotein), dan kadar trigliserida, serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Dislipidemia berkaitan dengan gangguan arterosklerosis yang merupakan penyakit vaskuler atau sistemik yang diakibatkan oeh berbagai faktor genetic, lingkungan dan pola hidup. Apabila proses arterosklerosis terjadi pada pembuluh darah koroner maka timbul penyakit jantung koroner. Bila arterosklerosis terjadi pada pembuluh darah otak, akan terjadi Infrak selebral yang menyebabkan stroke. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030.
Di Indonesia salah satu penyakit kardiovaskular yang terus menerus menempati urutan pertama adalah penyakit jantung koroner. Menurut survei Sample Registration System angka kematian penyakit jantung koroner 12,9% dari seluruh kematian. Berdasarkan data Riskesdas 2018 sebanyak 1,5% penduduk Indonesia mengalami penyakit jantung koroner. Seseorang dikatakan mengalami dislipidemia apabila mengalami salah satu keadaan di bawah ini:
Kolesterol total > 200mg/dL
LDL (lemak jahat) > 160mg/dL
HDL (lemak baik) < 40mg/dL (laki-laki) dan < 50mg/dL (perempuan)
Kolesterol total > 150mg/dL
Untuk mencegah terjadinya Dislipidemia dapat dengan menerapkan tips berikut ini:
1. Konsumsi Jahe Merah



Pemberian Jahe merah 3,2 ml/kg BB per hari selama 21 hari memberikan pengaruh penurunan yang signifikan Terhadap kadar kolestrol LDL. Kandungan gingerol pada jahe memiliki efek hipokolesterol, anti-aterogenik serta penekanan aktivitas enzim HMG-KoA reduktase sehingga dapat mengurangi biosintesis kolesterol total. Kandungan gingerol jahe merah lebih besar dibandingkan jahe gajah.

2. Konsumsi Jus buah jambu biji 3 kali sehari

 

Pemberian jus buah jambu biji 200 ml 3 kali sehari, 30 menit sebelum makan selama 30 hari dapat digunakan sebagai alternatif terapi untuk penurunan LDL pada penderita dispilidemia. Buah jambu memiliki kandungan vitamin C dan beta karoten sehingga dapat berkhasiat sebagai atioksidan dapat menghambat oksidasi LDL sehingga kadar LD dalam darah turun dan mencegah terjadinya arterosklerosis.

3. Banyak konsumsi sayur dan Buah


Sayur dan Buah merupakan sumber makanan yang kaya serat. Serat memiliki manfaat untuk menurunkan kadar LDL atau kolestrol jahat dalam darah. Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovalkuler.

4. Olahraga secara teratur


Tingkat aktivitas fisik berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah. Aktivitas fisik memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan kadar kolesterol total dan LDL. Olahraga secara teratur akan menurunkan kadar kolestrol darah total dan LDL. Olahraga dapat membakar lemak tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari obesitas yang menjadi faktor resiko dislipidemia.

5. Kurangi konsumsi lemak jenuh


Asupan lemak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah. Lemak jenuh seperti jeroan, daging yang berlemak tiggi, makanan yang digoreng, telur, mentega dll. Akan meningkatkan kolestrol jahat (LDL) dalam darah. Sehingga konsumsi makanan tersebut harus di kurangi.

6. Perbanyak Konsumai lemak tak jenuh


Terdapat 2 jenis asam lemak tak jenuh yaitu:
  • ·         Asam lemak tak jenuh tunggal Asam lemak ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Secara umum, lemak tak jenuh tunggal berpengaruh menguntungkan kadar kolesterol dalam darah, terutama bila digunakan sebagai pengganti asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif menurunkan kadar kolesterol darah, daripada asam lemak tak jenuh jamak (PUFA), sehingga asam oleat (Omega-9) lebih populer dimanfaatkan untuk formulasi makanan olahan menjadi populer.
  • ·         Asam lemak tak jenuh ganda Asam lemak ini banyak ditemukan pada minyak ikan dan nabati seperti saflower, jagung dan biji matahari. Sumber alami PUFA yang penting bagi kesehatan adalah kacang-kacangan dan biji-bijian. Contoh PUFA adalah asam linoleat (omega-6), dan omega-3, PUFA (asam lemak arakhidonat, linoleat dan linolenat) antara lain berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integritas membran sel. Asam lemak omega3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan kemungkinan juga dari VLDL (Very Low Density Lipoprotein), serta menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein β (beta) di dalam hati.

7. Jangan Merokok


Perokok aktif akan memiliki kadar HDL (High Density Lipoprotein) rendah. Kandungan karsinogenik dan zat-zat lainnya yang beribu-ribu banyaknya menyebabkan rokok dapat membunuh dengan berbagai cara seeperti batuk menahun, penyakit paru, gangguan kehamilan, kanker, dan artherosklerosis sampai penyakit jantung koroner. Tiga racun utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida dapat mengubah metabolisme lemak sehingga kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) akan menurun.

Sumber :

Maâ, R., & Rosita, L. (2014). Hubungan dislipidemia dan kejadian penyakit jantung koroner. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia6(1), 47-53.
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. (2016). Faktor risiko dominan penyakit jantung koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan44(3), 153-164.
Astawan, I. W. S. (2013). Efek Jus Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Pada Penderita Dislipidemia. Calyptra2(1), 1-10.
Santoso, I. A. (2011). Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. Magistra23(75), 35.
Waloya, T., Rimbawan, R., & Andarwulan, N. (2013). Hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan8(1), 9-16.
Adeliana, S. (2016). Hubungan Perilaku Merokok dengan Kadar Kolesterol HDL (High Densuty Lipoprotein) pada Perokok Aktif di Gudang Taman Glagahwero Kalisat Jember (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER).
Zuhroiyyah, S. F., Sukandar, H., & Sastradinanja, S. B. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Total, Kolesterol Low-Density Lipoprotein, dan Kolesterol High-Density Lipoprotein pada Masyarakat Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan2(3).
Sartika, R. A. D. (2008). Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans terhadap kesehatan. Kesmas: National Public Health Journal2(4), 154-160.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...