Minggu, 12 April 2020

YUK KENALI STUNTING SEJAK DINI, MENCEGAH LEBIH BAIK !


PREVALENSI STUNTING 

Penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu program prioritas dalam  pembangunan kesehatan yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019. 
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Berdasarkan hasil PSG 2016 pada balita usia 0-23 bulan, prevalensi stunting di Indonesia yaitu sebesar 21,7% (7,1 % sangat pendek, dan 14,6 % pendek). Sedangkan pada tahun 2017 prevalensi stunting di Indonesia 20,1%, (6,9 % sangat pendek, dan 13,2 % pendek) (Kemenkes RI, 2017). Meskipun telah mencapai target penurunan prevalensi stunting pada baduta sesuai RPJMN tahun 2019 (28 %), angka tersebut masih belum memenuhi target penurunan prevalensi stunting yang dicanangkan oleh WHO yakni sebesar 20% (Kemenkes RI, 2018).

Apa Itu Stunting ?


Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD (WHO, 2010).

Kenali Tanda dan Gejala Stunting pada anak



     Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016) ciri-ciri anak mengalami stunting yaitu :


1)  Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
2)  Pertumbuhan gigi terlambat.
3)  Wajah tampak lebih muda dari usianya.
4)  Perumbuhan melambat.
5)  Tanda pubertas melambat.
6)  Pada usia 8-10 tahun anak menjadi pendiam, tidak banyak melakukan eye contact.


Apa Saja Faktor-faktor Resiko Stunting ?

 Status Gizi Ibu Hamil




Status gizi ibu hamil sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah. Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).

BBLR dan Panjang Lahir

Bayi dengan berat lahir rendah juga mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan belum berfungsi, seperti tidak dapat menyerap lemak dan mencerna protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh, akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi sering mengalami infeksi dan akibatnya mengakibatkan stunting.  Panjang lahir bayi juga berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian di Kendal menunjukkan bahwa bayi dengan panjang lahir yang pendek berisiko tinggi terhadap kejadian stunting pada balita.

Asi Ekslusif  Pada Bayi






Pada bayi, ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisinya. Konsumsi ASI juga meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga menurunkan risiko penyakit infeksi. Sampai usia 6 bulan, bayi direkomendasikan hanya mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Penelitian di Ethiopia Selatan membuktikan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan berisiko tinggi mengalami stunting.

Pola Asuh

Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dan anak yang terdiri atas praktik merawat dan praktik memberikan makanan pada anak. Kewajiban orang tua adalah menjamin hak anak untuk mendapatkan makanan yang berkualitas dan dibarengi dengan pola asuh yang baik, agar anak tumbuh dan berkembang secara baik. Pola asuh mempengaruhi status gizi karena pertumbuhan dan anak membutuhkan asupan nutrisi maka akan membuat anak bertumbuh dan berkembang lebih baik.

Pengetahuan ibu tentang gizi

Tingkat pengetahuan gizi ibu memengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan, yang lebih lanjut akan memengaruhi keadaan gizi keluarganya. Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan keluarga khususnya makanan yang dikonsumsi balita. Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi dan kemampuan seseorang menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. 

Dampak Buruk Stunting



 Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting antara lain sebagai berikut :

1) Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan   fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
2) Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Bagaimana Cara Pencegahan Stunting ?



 Menurut Kemenkes RI (2016) upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan meliputi :


1)   Pada Ibu Hamil
  • Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu   hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus     atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan   kepada ibu hamil tersebut.Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.  Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
  • Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
  • Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
2)  Pada Saat Bayi Lahir

              Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

  3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

         Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap. dan Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap.


      4)  Posyandu

     Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

      5)  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

      Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.

Cara Penanganan Stunting ?

Adapun cara penanganan stunting adalah dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Kementrian Kesehatan RI , yaitu setelah balita terdeteksi  mengalami masalah gizi, dan gangguan perkembangan, segera bawa anak untuk diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit) untuk penanganan lebih lanjut seperti Konseling, PMT Pemulihan, dan Stimulasi Perkembangan Anak. Jika anak sudah teridentifikasi mengalami masalah stunting adalah sebisa mungkin mengurangi resiko anak mengalami sakit yaitu dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mengindari infeksi penyakit, melengkapi imunisasi dasar anak dan vitamin A, dan tetap memberikan asupan gizi yang sesuai dengan usia anak, serta langsung memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan jika anak mengalami sakit.

Program dan Kebijakan Perbaikan Status Gizi Balita

         Pemerintah telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Penanganan Stunting pada bulan Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi di tingkat Nasional, Daerah dan Desa, untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan hingga sampai dengan usia 6 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan pada 100 kabupaten/kota di tahun 2018. Kebijakan ini didukung melalui :
a)  Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Percepatan Perbaikan Gizi,
b) Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat,
c)  Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi.

Intervensi Gizi Spesifik

Intervensi gizi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.

Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil

   1) Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein     kronis.
   2) Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
   3) Mengatasi kekurangan iodium.
   4) Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
   5) Melindungi ibu hamil dari Malaria.

 Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan

   1) Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
   2) Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

 Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan

  1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
  2) Menyediakan obat cacing.
  3) Menyediakan suplementasi zink.
  4) Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
  5) Memberikan perlindungan terhadap malaria.
  6) Memberikan imunisasi lengkap.
  7) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Intervensi Gizi Sensitif

  Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sector kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).

1) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3) Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4) Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
7) Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
8) Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9) Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
10) Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.

Agar lebih memahami stunting,yuk simak video berikut ini.

















Referensi
Fikadu, T., Assegid, S. & Dube, L. (2014). Factor associated with stunting among children age 24 to 59 months in Meskan District, Gurage Zone, South Ethiopia: A case-control study. BMC Public Health, 14(800).
Kemenkes RI. (2016). InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Situasi Balita Pendek. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Kerjasama Multi Sektor Untuk Menurunkan Stunting dan Eliminasi TB. Retrieved from http:www.depkes.go.id/article/view/18112300002/kerjasama-multisektor-untuk-menurunkan-stunting-dan-eliminasi-tb.html
Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal. (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal.
Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13–19.
Paudel, R., Pradhan, B., Wagle, R. R., Pahari, D. P. (2012). Risk factors for stunting among children: A community based case control study in Nepal. Khathmandu University Medical Journal, 10(3).
WHO. (2010). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile indicators: Interpretation guide. Geneva: World Health Organization.
WHO. (2014). WHO global nutrition targets 2025: Stunting policy brief. Geneva: World Health Organization.


12 komentar:

  1. Terimakasih kak sudah membantu tugas saya😊😊🙏🙏

    BalasHapus
  2. Terimakasih kak atas informasinya😊

    BalasHapus
  3. Mantap, sangat mendidik dan memberi wawasan👍

    BalasHapus
  4. Makasih atas informasinya sangat bermanfaat 🙂

    BalasHapus
  5. bagus, makasih buat infonya tentang stunting, sangat bermafaat dan menambah pengetahuan tentang stunting ini.

    BalasHapus
  6. Makasih kaka atas infonya bermanfaat bagi kami..����

    BalasHapus
  7. Terimakasih atas informasi nya semoga apa yg di sampaikan oleh penulis dapat bermanfaat bagi orang banyak 😍

    BalasHapus
  8. Kommennt, subscribe, and like

    BalasHapus
  9. Tulisan yang sangat bermanfaat, semoga semua juga bisa mengikuti dan mempelajari

    BalasHapus

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...