KEK? Apa itu sebenarnya KEK?
KEK atau kepanjangannya adalah
Kekurangan Energi Kronis menurut Depkes RI (2013) merupakan kondisi dimana ibu mengalami
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan ibu dengan tanda atau gejala antara lain badan lemah dan
muka pucat. Menurut Kemenkes RI (2015), Salah satu bentuk faktor risiko pada
ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
Penyebab terbesar kematian ibu selama
tahun 2010 sampai 2013 adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan
abortus. Penyebab utama perdarahan dan infeksi sebagai faktor kematian utama
ibu adalah anemia dan Kekurangan Energi Kronis (Nisa et al., 2018).
KEK pada ibu hamil
hanya bisa dideteksi dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas atau biasa
yang disebut LILA. Tanda dan gejala KEK yaitu LILA kurang dari 23,5cm.
Lalu apa saja sih faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK
pada ibu hamil itu?
Faktor ibu yang
berhubungan dengan kejadian KEK menurut hasil penelitian pada ibu hamil di
Kecamatan Kamoning dan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur:
1. Umur
menikah dan umur kehamilan pertama yang terlalu muda (< 20 tahun)
2. Paritas
dan kadar haemoglobin (Hb).
Ditemukan
sebagian besar ibu hamil KEK yang menderita anemia walaupun banyak juga ibu
hamil KEK yang sudah mengonsumsi pil besi (Fe) setiap hari.
3. Konsumsi
makanan bergizi yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Sebagian besae ibu hamil KEK yang mempunyai frekuensi makan 3x/hari. Walaupun
frekuensi makan tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian KEK pada ibu
hamil, tetapi selama masa kehamilan, makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus
cukup mengandung zat gizi agar janin di dalam kandungan memperoleh makanan yang
cukup (Mahirawati, 2014).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEK :
1. Faktor
Sosial Ekonomi dan Pendapatan
Ekonomi seseorang berpengaruh terhadap
pemilihan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Seseorang yang memiliki ekonomi
tinggi dan sedang hamil maka biasanya kebutuhan gizi akan terpenuhi. Disamping
itu, keluarga yang pendapatannya terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya terutama kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Pendidikan
dan Pekerjaan
Tingkat pendidikan ibu hamil atau
keluarga ibu hamil yang tinggi diharapkan pengetahuan tentang informasi gizi
yang dimiliki akan lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya. Ibu hamil
sebaiknya mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan mempengaruhi
kehamilannya.
3.
Usia
Ibu Hamil dan Usia Kehamilan
Semakin tua atau semakin muda usia ibu
hamil maka akan mempengaruhi kebutuhan zat gizinya. Usia muda perlu tambahan
gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dirinya sendiri juga
digunakan untuk tumbuh kembang janin yang sedang dikandungnya. Begitu pula
dengan usia ibu hamil yang tua, perlu energi yang besar karena fungsi organ
yang makin melemah namun diharuskan bekerja maksimal. Biasanya pada trimester I
kenaikan berat badan normal adalah antara 0,7-1,4 kg; namun pada trimester I
ini biasanya juga ibu hamil mengalami mual dan muntah kemudian nafsu makan
berkurang. Hal itu akan mempengaruhi asupan zat gizi sang ibu.
4.
Asupan
Makanan
Jika ibu hamil mengalami kekurangan gizi
maka hal itu disebabkan oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi pada setiap
harinya tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan janin serta mendukung status
gizi ibu hamil yang sehat. Apabila hal itu dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan ibu hamil yang sebelumnya tidak KEK bisa terkena KEK dan yang sudah
KEK maka akan bertambah parah.
5.
Keadaan
Infeksi
Infeksi (bakteri, virus dan parasit)
akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi dan sebaliknya
malnutrisi akan mempengaruhi seseorang mudah terserang penyakit infeksi.
6.
Faktor
Jarak Kehamilan
Misalnya jika jarak kehamilan anak kedua
dan melahirkan pertama yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu karena ibu tidak memperoleh
waktu atau kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri seperti ibu memerlukan
energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Jika
jarak kehamilan anak kedua dan melahirkan anak pertama terlalu dekat maka akan
menyebabkan sang ibu menderita kekurangan energi.
7.
Faktor
Paritas
Paritas atau jumlah anak merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Perlu diwaspadai karena
jika ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan
akan banyak ditemui keadaan kesehatan yang terganggu seperti anemia, kurang
gizi, kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim (Annisa, 2014).
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh KEK
terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat. KEK
ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak (Sandjaja, 2009).
Berikutnya adalah cara mencegah KEK
Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan
cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi
dan kentang setiap hari atau mengkonsumsi makanan yang bervariasi, teratur, dan
porsi yang sesuai setiap harinya agar kebutuhan zat gizi ibu dan bayi terpenuhi.
Sederhananya ibu hamil disarankan untuk mengubah pola hidupnya mejadi pola
hidup yang sehat dan juga hindari berpikir yang terlalu berat.
Referensi
Annisa, F. (2014). Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dan Paritas Dengan
Kejadian Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngoresan
Dan Puskesmas Banyuanyar.
Mahirawati, V. K. (2014). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN
DAN TAMBELANGAN , KABUPATEN SAMPANG , JAWA TIMUR ( Related Factors of Chronic
Energy Deficiency at Pregnant Woman in Kamoning and Tambelangan Sub District ,
Sampang District , West Java ). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 17(2),
193–202.
Nisa, L. S., Sandra, C., & Utami, S. (2018). PENYEBAB KEJADIAN
KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL RISIKO TINGGI DAN PEMANFAATAN ANTENATAL
CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK JEMBER. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 6(2), 136–142.
https://doi.org/10.20473/jaki.v6i2.2018.136-142
Sandjaja. (2009). RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL DI
INDONESIA. GIZI INDONESIA, 32(2), 128–138.
https://doi.org/10.36457/gizindo.v32i2.76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar