Senin, 13 April 2020

PENGARUH POLA MAKAN PADA KEJADIAN KANKER PAYUDARA



Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari dalam sel-sel payudara. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria juga bisa mendapatkannya. Secara umum diperkirakan kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker setelah kanker paru. Pada penduduk perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian, yaitu sebesar 43,3% kasus baru dan 12,9% kematian.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada payudara wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar disebabkan karena aktivitas hormon estrogen dan progesterone.
2) Riwayat keluarga yang menderita kanker Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita kanker payudara atau jenis kanker lainnya.
3) Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka risiko terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila dibandingkan dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker payudara.
4) Status menstruasi (menarche dan menopause). Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini berarti peredaran hormon sudah dimulai pada usia yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat hormon. Risiko kanker payudara juga dapat meningkat ketika seorang wanita mendapatkan menopause pada usia lebih dari 50 tahun, yang berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
5) Usia Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.

 b. Faktor yang dapat dikontrol :
1) Berat badan Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara, khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan dasar utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk mempunyai kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak, sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
2) Olahraga Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American Cancer Society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali seminggu selama 45-60 menit.
3) Konsumsi alkohol Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko kanker payudara berbanding lurus dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk mengontrol kadar hormon estrogen yang beredar dalam darah.
4) Penggunaan obat hormonal Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus menerus lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker payudara.
5) Riwayat menyusui Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko kanker payudara.
6) Riwayat kehamilan Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35 tahun akan disertai peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang pada akhirnya merangsang payudara secara berlebihan.
7) Pola makan tidak sehat Pola makan yang tidak sehat sangat berpotensi menyebabkan kanker. Berdasarkan penelitian Dr Valeria Edefonti dari University of Milan menyebutkan kelompok wanita dengan pola makan kaya vitamin, tinggi serat seperti kebiasaan konsumsi buah dan sayur dan lemak tak jenuh memiliki resiko paling rendah terhadap penyakit kanker payudara.

Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi, budaya dan religi . Pola makan berkaitan erat dengan resiko kejadian kanker. Daya cerna zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi tidaklah bekerja sendiri dan saling ketergantungan antara zat gizi tersebut. Makanan yang masuk dapat memberikan efek resiko negatif atau positif terhadap perkembangan sel-sel kanker. Klasifikasi pola makan secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
1) pola makan yang baik yaitu pola makan yang bersumber dari sayuran, buah, ikan, ayam, susu rendah lemak dan sumber serat penuh;
2) pola makan yang tidak baik adalah makanan dengan sumber seperti daging merah, makanan atau daging yang diolah, gula fermentasi, kentang, makanan manis dan makanan yang tinggi lemak dan juga kebiasaan minum seperti alkohol dan sejenisnya

Gaya hidup sehat salah satunya adalah konsumsi menu seimbang dan bebas bahan pengawet disinyalir dapat menurunkan resiko penyakit kanker. Konsumsi menu seimbang yang sesuai dengan kebutuhan harus dimulai dan dibiasakan sedini mungkin sehingga bisa terbawa sampai dewasa. Konsumsi buah dan sayur merupakan kebutuhan untuk menjaga kesehatan tubuh. konsumsi buah dan sayur harus dibiasakan sejak anak berusia dini untuk menghidari ketidaksukaan anak terhadap buah dan sayur.

Manfaat sayur dan buaha dapat memberikan keuntunan untuk kesehatan, Sayur dan Buah kaya akan kandungan mineral dan vitamin, mineral dan zat gizi lainya yang dibutuhkan oleh tubuh. Contoh zat gizi yang terdapat dalam sayur dan buat adalah vitamin C, Vitamin A, potasium, Folat . bila konsumsi buah dan sayur rendah makan ada kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi, Sayuran dan Buah mengadung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang terkandung dalam sayur dan buah berfungsi sebaga akti oksidan dan menetralkan radikal bebas anti kanker dan menghambat penumpukkan kolestrol di dalam tubuh. Di dalam sayur dan buah juga terdapat kandungan serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan mikroflora usus, yaitu serat larut dan serat tidak larut. Serat larut memperbaiki perfoma usus sehingga jumlah bakteri yang bermanfaat untuk tubuh dapat tumbuh dengan baik sedangkan serat tak larut menghambat pertumbuhan bakteri yang membahayakan tubuh.

Konsumsi lemak merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Konsumsi lemak jenuh seperti daging, ayam goreng, fast food, susu full cream keju, mentega, telur dan gorengan akan meningkankan risiko seorang wanita untuk terkena kanker payudara. Kebiasaan dalam pola konsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan tubuh menghasilkan lebih banyak estrogen dan akan memicu proses pembelahan sel yang tidak normal. Senyawa lemak juga menghasilkan radikal bebas sehingga dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Lemak yang menumpuk dalam tubuh akan memengaruhi hormon yang pada akhinya membuat sel-sel tumbuh menjadi tidak normal dan menjadi kanker, sehingga penelitian ini menganjurkan kepada para wanita untuk mengurangi frekuensi konsumsi lemak yang biasanya dikonsumsi. Dengan mengurangi frekuensi konsumsi lemak dalam pola makan maka tingkat estrogen ada pada tingkat yang lebih rendah dan lebih aman dalam beberapa tahun ke depan.



Referensi


Dewi, Putu Harisna. 2018. “HUBUNGAN POLA KONSUMSI BUAH DAN SAYUR DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP SANGLAH DENPASAR.” Poltekkes Denpasar.

Fitriyaningsih, Eva, Nurliana, and Ummu Balqis. 2014. “HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN RESIKO KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Dan Klinik Onkologi Di Banda Aceh).” Jurnal Pendidikan Kimia 6(3):36–42.

Kurniati, Tri, Wahono, and Sa’ida Naili. 2017. “Pola Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Anak USia Dini Sebagai Usaha Penanggulangan Penyakit Kanker.” PEDAGOGI: Jurnal Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak Usia Dini 3(3c):221–26.


Maria, Ida Leida, Andi Asliana Sainal, and Mappeaty Nyorong. 2017. “Risiko Gaya Hidup Terhadap Kejadian Kanker Payudara Pada Wanita.” Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 13(2):157.

Yulianti, I., H. Santoso, and D. Sutinigsih. 2016. “FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang).” Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 4(4):401–9. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...