Obesitas
merupakan masalah gizi dan kesehatan yang paling banyak ditemui baik di Negara
maju maupun berkembang. Kejadian obesitas ini sering menimbulkan komplikasi
masalah kesehatan apabila tidak segera ditangani dan dicegah sejak dini.
Semakin dini penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang lebih
baik. Penanganan obesitas pada anak lebih sulit daripada obesitas dewasa hal
ini dikarenakan pengaturan makan untuk penurunan berat badan harus
memperhatikan bahwa anak masih dalam proses tumbuh dan berkembang. Pada masa
sekarang, obesitas tidak hanya terjadi pada kalangan orang dewasa maupun
lansia, namun juga banyak terjadi pada anak usia sekolah maupun usia balita.
Hal ini dibuktikan dengan prevalensi obesitas anak usia 6-11 tahun di Amerika
Serikat meningkat sebanyak 11% dari tahun 1980 ke tahun 2010. Lebih dari
sepertiga anak-anak dan remaja di Amerika Serikat mengalami kelebihan berat
badan. Sedangkan di Indonesia diperkirakan prevalensi obesitas pada anak sekolah
akan terus mengalami peningkatan terutama anak-anak yang tinggal di daerah
perkotaan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Apa saja ya penyebab obesitas pada
anak sekolah?
Berikut
ini merupakan beberapa penyebab terjadinya obesitas pada anak sekolah yang
sering diabaikan:
Sekarang ini banyak sekali jajanan fastfood yang mudah diakses oleh
anak-anak, terutama jajanan fastfood
yang berada di lingkungan anak seperti di kantin sekolah, di pinggir jalan
sekolah, maupun di warung di sekitar rumah . Fastfood juga biasanya menjadi pilihan orang tua untuk dikonsumsi
sebagai makanan utama,dikarenakan orang tua terutama ibu sibuk menghabiskan
waktu untuk bekerja, sehingga memilih membeli makanan siap saji daripada harus
masak yang lebih memakan banyak waktu.
Anak yang memiliki durasi tidur pendek
yakni kurang dari 10 jam per hari berisiko 1,74 kali lebih tinggi dibandingkan
anak yang memiliki durasi tidur panjang. Biasanya anak laki-laki mempunyai
durasi tidur yang lebih pendek dibandingkan dengan anak perempuan. Untuk
melakukan pencegahan obesitas sejak dini, sebaiknya orang tua memperhatikan
waktu tidur anak agar tidak kurang dari 10 jam per hari.
Fisik yang kurang gerak menimbulkan gap antara energy yang masuk dengan
energy yang keluar. Kemudian energy yang
tidak digunakan akan disimpan di dalam tubuh pada jaringan adipose dalam bentuk
lemak dan hal ini akan menyebabkan terjadinya obesitas. Untuk melakukan
pencegahan kejadian obesitas, sebaiknya orang tua memperhatikan aktivitas
sedentari agar tidak lebih dari 5 jam per hari.
Riwayat obesitas
pada orang tua berhubungan dengan genetik anak dalam mengalami obesitas. Keadaan
overweight pada orang tua memiliki hubungan yang positif dengan kejadian
overweight pada anak . Jika seorang ayah/ibu menderita overweight, maka
kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat badan sebesar 40-50%. Kemudian
apabila kedua orang tua menderita obesitas, kemungkinan anaknya menjadi
obesitas sebesar 70-80%.
Lalu, bagaimana cara mencegahnya?
1. Mendorong
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan dan meneruskan
pemberian ASI sampai usia 12 bulan dan sesudahnya setelah pengenalan makan
padat dimulai
2. Mendorong
orangtua untuk menawarkan makanan baru secara berulang serta menghindari
minuman manis dan makanan selingan (french fries dan potato chips)
3. Tidak
meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak
4. Membiasakan
tidur dengan waktu yang cukup selama 10 jam per hari dan usahakann untuk tidak
kurang dari 10 jam/hari
5. Ajak
anak untuk beraktivitas bersama , seperti olahraga pada pagi hari atau weekend
,membersihkan rumah, serta berkeliling desa.
6. Mengajak
dan membiasakan untuk mengkonsumsi makanan dengan serta tinggi, seperti sayur
dan buah-buahan, serta kacang-kacangan.
Berikut
ini adalah komplikasi masalah kesehatan yang ditimbulkan dari kejadian obesitas
pada usia anak sekolah :
1. Berkurangnya
kapasitas otak
Semakin
besar tubuh seseorang yang mengalami obesitas, maka akan semakin berkurang pula
jaringan otaknya.
2. Gangguan
saluran napas
Gangguan napas yang biasanya menyerang yakni Obstructive
Sleep Apnea Sindrome(OSAS). Gejalanya mulai dari mengorok
sampai mengompol. Obstruksi saluran napas intermiten dapat menyebabkan tidur
gelisah.
3. Kulit
lecet
Obesitas
pada anak dapat menyebabkan gesekan sehingga membuat kulit menjadi lecet, anak
merasa gerah atau panas dan disertai biang keringat serta jamur pada lipatan
kulit.
4. Penyakit
degeneratif
Penderita
obesitas secara tidak langsung dapat menimbulkan kadar LDL meningkat sehingga
dapat menimbulkan penyumbatan pmbuluh darah serta dapat terjadi resistensi
insulin karena lemak di perut yang berlebih , hal ini akan menimbulkan
komplikasi seperti stroke, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular, maupun
diabetes mellitus.
Referensi :
Arundhana, A. I., Hadi, H. and Julia, M. (2013) ‘Perilaku
sedentari sebagai faktor risiko kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul’, Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia,
1(2), pp. 71–80.
Ayu, R. and Sartika, D.
(2011) ‘FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI INDONESIA’, MAKARA
KESEHATAN, 15(1), pp. 37–43.
Manado, D. I. K. and
Masi, G. (2013) ‘Hubungan konsumsi Fastfood Dengan Kejadian Obbesitas Pada Anak
SD Di Kota Manado’, ejournal keperawatan, 1(1), pp. 1–7.
Marfuah, D., Hadi, H.
and Huriyati, E. (2013) ‘Durasi dan kualitas tidur hubungannya dengan obesitas
pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul’, Jurnal
Gizi Dan Dietetik Indonesia, 1(2), pp. 93–101.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar