Apa
Itu Stunting?
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana
balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus
dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting
termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi
sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan
gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Ciri-Ciri
Stunting
1.
Pertumbuhan melambat.
2.
Pertumbuhan gigi melambat.
3.
Usia 8-10 anak menjadi lebih pendiam,
tidak banyak melakukan eye contact.
4.
Wajah tampak lebih muda dari usianya.
5.
Tanda pubertas melambat.
6.
Performa buruk pada tes perhatian dan
memori belajar.
Penyebab
Stunting
1.
Status gizi ibu hamil.
2.
Bayi dengan berat lahir rendah.
3.
Bayi dengan panjang lahir rendah.
4.
Asupan ASI Eksklusif pada balita.
5.
Asupan energy pada balita rendah.
6.
Asupan protein rendah.
7.
Penyakit infeksi.
8.
Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah.
9.
Status ekonomi yang rendah.
10. Kurangnya
akses air bersih dan sanitasi.
Dampak
Stunting
1.
Dampak jangka pendek
a.
Peningkatan kejadian kesakitan dan
kematian
b.
Perkembangan kognitif, motorik dan
verbal pada anak tidak optimal
c.
Peningkatan biaya kesehatan
2.
Dampak jangka penjang
a.
Postur tubuh yang tidak optimal saat
dewasa
b.
Meningkatnya resiko obesitas dan
penyakit lainnya
c.
Menurunnya kesehatan reproduksi
d.
Kapasitas belajar dan performa yang
kurang optimal saat masa sekolah
e.
Produktivitas dan kapasitas kerja yang
tidak optimal
Upaya
Pencegahan
Intervensi
Gizi Spesifik :
1.
PMT untuk mengatasi KEK pd bumil
2.
TTD untuk anemia bumil
3.
Konsumsi Garam Beriodium
4.
ASI Ekslusif
5.
Pemberian ASI sampai usia 2 tahun
didampingi dengan MP ASI adekuat
6.
Imunisasi
7.
Suplementasi zink
8.
Fortifikasi zat besi ke dalam makanan
9.
Obat Cacing
10. Vitamin
A
11. Tata
Laksana Gizi Buruk
12. Penanggulangan
Malaria
13. Pencegahan
dan Pengobatan diare
14. Cuci
tangan dengan benar
Intervensi
Gizi Sensitif :
1. Air Bersih, Sanitasi
2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan
3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan KB
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
5.
Pendidikan Pola Asuh Ortu
6. PAUD HI- SDIDTK
7.
Edukasi Kesehatan Seksual dan
Reproduksi, serta Gizi pada Remaja
8. Program Padat Karya Tunai
Asupan
Gizi Yang Optimal Untuk Mencegah Stunting
Asupan Makanan
Bayi Umur 0-6 Bulan
a. Serealia 23.5%
b. Umbi-umbian 0,3%
c. Kacang-kacangan 1.4%
d. Buah dan olahan 1,8%
e. Susu dan olahan (ASI=70%) 73,0%
Asupan Makanan Bayi Umur 7-11 Bulan
a. Serealia 95.8%
b. Umbi-umbian 0,6%
c. Kacang-kacangan 0.9%
d. Buah dan olahan 0,6%
e. Telur dan olahan 0,1%
f. Susu dan olahan 1,9%
Asupan Makanan Bayi Umur 1-3 Tahun
a. Serealia 98.5%
b. Umbi-umbian 0,5%
c. Kacang-kacangan 0.1%
d. Daging dan olahan 0,1%
e. Susu dan olahan 0,9%
DAFTAR
PUSTAKA
Budiastutik, I. and Rahfiludin, M. Z. (2019) ‘Faktor Risiko
Stunting pada anak di Negara Berkembang’, Amerta Nutrition, 3(3), pp.
122–126. doi: 10.2473/amnt.v3i3.2019.122-129.
Kementrian Kesehatan RI (2018) ‘Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia’, in Buletin Jendela DData Dan Informasi Kesehatan.
Eka Satria. jakarta: Kementrian Kesehatan RI, pp. 1–43. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Kementrian Republik Indonesi (2018) Evaluasi pelaksanaan
tahun 2018 & rencana tindak tahun 2019, Kementerian kesehatan.
jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://www.depkes.go.id/.
Nadhiroh, S. R. (2015) ‘FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BALITA’, Media Gizi Indonesia, 10(1), pp. 13–19.
Available at: https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3117/2264%0A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar