Minggu, 12 April 2020

Beberapa hubungan kekurangan vitamin A pada balita gizi kurang ( underweigt )

         Balita mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat gizi yang lebih besar dibanding dengan kelompok umur yang lain, sehingga balita lebih rentan mengalami masalah gizi (Notoatmojo, 2003). Penyebab kondisi tersebut antara lain karena pada saat fase balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disamping itu balita juga biasanya memiliki gangguan nafsu makan, serta mendapat asupan zat gizi yang tidak sesuai kuantitas atau kualitasnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). 
          
          Gizi kurang (underweight) dan gizi buruk dapat menyebabkan gangguan jasmani dan kesehatan pada balita (Yanti, 2015). Kejadian gizi buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak juga akan lebih mudah terkena penyakit infeksi. Gizi buruk yang terjadi pada anak apabila tidak ditangani dengan baik dan cepat karena dapat mempengaruhi kualitas generasi selanjutnya (Yanti, 2015)

      Anak yang mengalami Kurang Energi Protein (KEP) atau gizi buruk biasanya menderita kekurangan Vitamin A sebagai akibat asupan zat gizi yang kurang, termasuk salah satunya yaitu vitamin A. Penelitian yang dilakukan oleh Murage, et al. tahun 2008 di Kenya menunjukkan anak yang tidak diberi Vitamin A 75% lebih berisiko menderita underweight dibanding yang diberikan Vitamin A (Murage, et al., 2012)

       Upaya penurunan masalah gizi utamanya pengurangan balita yang mengalami underweight bergantung pada banyak faktor, diantaranya yaitu dukungan sumber daya yang ada dan juga peningkatan kualitas manajemen baik teknis maupun operasional (Kalsum dan Jahari, 2015). Balita yang memiliki status gizi yang baik cenderung memiliki status kesehatan yang baik juga. Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungan antara status gizi dengan penyakit infeksi pada balita, malnutrisi yang terjadi pada balita dapat meningkatkan morbiditas dan kerentanan balita terhadap penyakit infeksi begitupun terjadi sebaliknya, apabila balita mengalami infeksi maka balita tersebut akan lebih rentan menderita masalah gizi (Rodriguez, et al., 2011). 

 Beberapa contoh hubungan yang terjadi pada gizi kurang  

1. Hubungan Frekuensi Penimbangan dengan Kejadian Underweight pada Balita
        Keluarga yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu berisiko 6,857 kali mengalami kurang energi protein dibanding dengan keluarga yang aktif mengikuti kegiatan posyandu. Kegiatan penimbangan biasanya dilakukan saat kegiatan posyandu rutin tiap bulan. Menurut Maulana (2013) ibu yang aktif ke posyandu dapat mencegah terjadinya peningkatan jumlah balita BGM melalui upaya mendeteksi secara dini status gizi balita setiap bulannya oleh petugas kesehatan bersama kader posyandu dalam memantau status gizi anak melalui penimbangan dan buku Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. Penimbangan balita yang dilakukan rutin di posyandu yang disertai dengan konseling dan pemberian makanan tambahan pada balita setiap bulannya dapat menurunkan angka kejadian gizi buruk dikarenakan status gizi anak yang ada pada KMS dapat selalu dipantau dan apabila ada permasalahan dapat langsung terselesaikan (Octaviani, et al., 2009). 

2. Hubungan Penggunaan Garam Beryodium dengan Kejadian Underweight pada Balita
      Penggunaan garam beryodium selama ini lebih sering dikaitkan dengan kejadian stunting. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Devi (2012) menunjukkan bahwa penggunaan garam beryodium dapat mempengaruhi status gizi anak (TB/U) karena yodium adalah salah satu zat gizi yang mempunyai peran dalam pertumbuhan. Senyawa T3 adalah senyawa yang berfungsi untuk mengontrol laju metabolisme basal sel. Yodium sangat diperlukan untuk membantu produksi senyawa T3 pada tubuh. Apabila kadar senyawa T3 pada tubuh mengalami kekurangan akibat kebutuhan yodium yang tidak terpenuhi, maka laju metabolisme basal sel juga akan menjadi rendah, hal tersebut dapat mengakibatkan proses tumbuh kembang yang terjadi di dalam tubuh manusia menjadi terganggu dan terhambat. Anak yang mengalami kekurangan yodium bisa juga mengalami retardasi pertumbuhan sehingga anak tersebut kerdil, hal tersebut terjadi karena pada anak yang kekurangan yodium akan terjadi penurunan laju metabolisme, retensi nitrogen rendah, dan beberapa fungsi beberapa sistem organ akan lebih rendah. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan jaringan tulang tidak matang karena maturasi epifase terlambat sehingga pertumbuhan tulang panjang pun akan terhambat (Dyah, dkk., 2010). 

3. Hubungan Pemberian Vitamin A Warna Biru Sejak Umur 6 Bulan dengan Kejadian Underweight pada Balita
           untuk terhindar dari risiko underweight daripada balita yang tidak mendapatkan Vitamin A warna biru sejak umur 6 bulan. Hasil uji ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di India menunjukkan bahwa anak yang asupan vitamin A nya tidak adekuat memiliki prevalensi stunting, underweight, dan wasting yang lebih tinggi dibanding anak yang memperoleh vitamin A secara adekuat. Defi siensi vitamin A dapat meningkatkan risiko mortalitas, morbiditas, dan penyakit infeksi yang lebih tinggi pada anak (Semba, dkk., 2010). Kurangnya asupan vitamin A dapat dikaitkan dengan terhambatnya pertumbuhan dikarenakan kurangnya vitamin A dapat mengurangi sekresi terhadap serum IGF-1 yang bertanggung jawab untuk sekresi hormon pertumbuhan (Mikhail, dkk., 2013). Status vitamin A anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya dari asupan vitamin A. Faktor lain yang memengaruhi status vitamin A diantaranya adalah cadangan vitamin A didalam tubuh yang disimpang di hati (Almatsier, et al., 2011), sedangkan. 
             Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Karolina, dkk. (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian kapsul vitamin A kepada balita dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB. Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh anak balita umur 6–59 bulan secara serentak. Untuk bayi umur 6–11 bulan diberikan vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 SI) pada bulan Februari dan Agustus (Depkes, 2009).

kesimpulan 

       Pemberian Vitamin A warna biru sejak umur 6 bulan dapat mencegah terjadinya underweight pada balita. Balita yang diberi Vitamin A warna biru sejak umur 6 bulan memiliki peluang 37% lebih rendah untuk terhindar dari underweight dibanding balita yang tidak diberi Vitamin A warna biru.

       Untuk mencegah terjadinya underweight pada balita diperlukan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan pemberian Vitamin A utamanya pada saat pemberian Vitamin A serentak pada bulan Februari dan Agustus.

Daftar Pustaka 

Almatsier S, Soetardjo S, & Soekatri M. (2011). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta, Indonesia: Gramedia Pustaka Utama

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Panduan manajemen suplementasi Vitamin A. Jakarta, Indonesia: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI

Notoatmodjo S. (2003). Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman umum pengelolaan posyandu. Jakarta, Indonesia: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Yanti, K.D. (2015). Faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita di Desa Kute Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat . Diakses dari http://ejournalnwu.ac.id/article/ view/1443664651

Murage, E.W., Crispin, N., Katherine R., & Peninah, M. (2012). Vitamin A supplementation and stunting levels among two year olds in Kenya: Evidence from the 2008-09 Kenya demographic and health survey. International Journal of Child Health and Nutrition, 1, 135-147

Dyah, K., Hastin, & Ina, K. (2010). Status gizi dan status iodium pada balita dengan suspect down syndrom. Media Gizi mikto Indonesia, 1(20), 46- 53. Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes. go.id/index.php/mgmi/article/view/1171/718

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...