Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi
medis dimana orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90
mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan kematian
(mortalitas). Penyakit ini sering dikatakan sebagai the silent diseases.
Apa Saja Faktor Resiko pada Hipertensi?
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi
yang tidak bisa diubah dan hipertensi yang
dapat diubah. (Agustina, Sari, 2014)
Hipertensi yang dapat diubah meliputi
- Merokok
- Obesitas
- Gaya hidup yang monoton
- Stress
Hipertensi yang tidak dapat dirubah meliputi
- usia
- jenis kelamin
- suku bangsa
- faktor keturunan
Hipertensi pada Lansia
Proses menua merupakan proses yang alamiah dimana terjadi
berbagai perubahan pada seluruh sistem tubuh lansia, termasuk sistem
kardiovaskuler yang biasanya diikuti oleh penyakit utama yakni hipertensi
Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi,
mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit, dan penatalaksanaanya tidak
seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, salah satu masalah kesehatan yang menjadi trend pada lansia adalah hipertensi.
Prevalensi hipertensi pada lansia usia 55-64 tahun yaitu 45,9%, 65-74 tahun
yaitu 57% dan lansia diatas 75 tahun yaitu 63,8% (Kemenkes RI, 2016).
Bagaimana jika tekanan darah tidak dikontrol dengan baik?
Apabila tekanan darah tidak dikontrol dalam jangka waktu
yang lama maka akan menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, Jantung, retinopati dan masalah lainnya serta dapat menimbulkan
kematian
Apa penyebab Hipertensi pada Lansia?
Berdasarkan penelitian dari Agustina (2014) berikut beberapa
factor penyebab terjadinya hipertensi pada lansia
- Umumnya lansia yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan lansia perempuan yang menderita hipertensi.
- Umumnya lansia yang menderita hipertensi mempunyai riwayat keturunan hipertensi.
- Umumnya lansia yang tidak obesitas lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan lansia yang obesitas.
- Umumnya lansia yang menderita hipertensi lebih banyak mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan lansia yang tidak merokok.
- Umumnya lansia yang menderita hipertensi mengalami stres dibandingkan lansia yang tidak stres.
- Umumnya lansia yang menderita hipertensi tidak rutin untuk berolahraga dibandingkan lansia yang rutin berolahraga.
Bagaimana cara mencegah hipertensi pada Lansia?
- Membiasakan jalan kaki. Jalan kaki sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Selain itu jalan kaki juga dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberikan suplai) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung membutuhkan darah yang lebih keras dan lancar. Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah kedalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup
- Senam Jantung Sehat. Senam jantung sehat merupakan olahraga aerobik ringan dalam waktu yang relatif singkat. Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung maka olahraga akan menurunkan cardiag output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan Sistole, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan Diastole.
- Pengendalian berat badan
- pengurangan asupan natrium kloride. Mengkonsumsi garam (natrium) menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah di dalam tubuh yang berarti jantung harus mempompa lebih giat sehingga tekanan darah naik.
- Pengendalian stress
Bagaimana Diet Hipertensi pada Lansia?
Menurut Kemenkes
(2018) diet yang benar pada hipertensi adalah
Bahan Makanan yang
diperbolehkan:
1.
Makanan yang segar, seperti
- Beras, ubi, mie maizena, hunkwee, terigu, gula pasir
- Kacang-kacangan dan hasil olahanya, seperti kacang hijau, kacang merah, kacang kolo, tempe, ahu tawar, oncom
- Minyak goreng, margarine tanpa garam, sayuran dan buah buahan segar
2.
Bumbu
seperti : Bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyt, kencur, laos, salam,
sereh, dll
3.
Cara
memasak yang dianjurkan
- Dalam menumis atau memasak sebaiknya menggunakan mentega atau margarin yang tidak mengandung natrium (garam)
- Untuk memperbaiki rasa masakan yang tawar, dapat digunakan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, gula, cuka, kunyit, daun salam, dan asam
- Dengan menggoreng, menumis, pepes, kukus atau memangnggang juga dapat meninggikan / menambah rasa masakan sehingga tidak terasa tawar
4.
Makanan yang tidak dianjurkan
- Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
- Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin).
- Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
- Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
- Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam)
- Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
- Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Sari, S.
(2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Atas
Umur 65 Tahun. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(4), 41–58.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-42271-8_3
Gunawan. (2010). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta. Kanisius
Kemenkes RI.
(2016). Situasi Lanjut Usia Di Indonesia.
Diakses melalui http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%20lansia%202016.pdf
Kementrian
Kesehatan RI. (2018). Diet pada Hipertensi. Direktorat P2PTM Kementrian
Kesehatan RI.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/24/diet-pada-hipertensi
Kemenkes RI.
(2018). Laporan Riskesdas 2018.
Diakses melalui http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar