Sabtu, 11 April 2020

Anemia Difesiensi Besi: Ibu Hamil Jangan Sampai Kekurangan Zat Besi



Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin.  Anemia merupakan salah satu masalah gizi paling umum di Indonesia. Dan masalah kesehatan ini paling banyak ditemui pada ibu dalam masa kehamilan. . Anemia termasuk masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus, anemia pada kehamilan yang paling sering terjadi adalah anemia zat besi. Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai peluang yang tinggi mengalami perdarahan pada saat melahirkan yang dapat berakibat pada kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2016, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Angka tersebut masih tergolong tinggi dan itu disebabkan oleh kurangnya asupan gizi zat besi dalam makanan yang dikonsumsinya.

Apa itu Anemia Defisiensi Besi?


Anemia sendiri itu merupakan  suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Menurut World Health Organization (WHO) dikatakan anemia jika kadar hemoglobin <11 gr/dl pada ibu hamil. Nah sedangkan Anemia Defisiensi Besi ini adalah satu jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah yang sehat. Zat besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah merah yang dikenal sebagai hemoglobin. Ibu hamil cenderung dalam masa kehamilannya mengalami perubahan signifikan dalam kebutuhan gizi untuk ibu dan janin.  Sehingga jika seorang ibu hamil tidak memenuhi kebutuhan gizi yang cukup maka bisa mengalami anemia defisiensi gizi, akibatnya pun akan mempengaruhi pada janin dan juga dalam proses persalinan saat melahirkan.

Apa penyebabnya?

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012). Karena pada masa kehamilan ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah, dan juga pertumbuhan janin. Kekurangan zat besi bisa dikarenakan pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang. Dengan pola makan yang tidak seimbang itulah menyebakan tidak terpenuhinya pedoman gizi seimbang, dengan begitu juga ibu hamil dan janinnya akan mengalami kekurangan zat-zat gizi terutama zat besi yang sangat berguna untuk pertumbuhan janin. Morning Sickness juga bisa menyebabkan anemia pada ibu hamil, karena saat morning sickness bisanya ibu hamil akan sering muntah sehingga berarti asupan zat besi berkurang. Penyebab lain juga jika ibu hamil dalam waktu berdekatan, hamil kembar atau mengalami menstruasi hebat sebelum kehamilan.

Bagaimana tanda dan gejalanya?

                Zat besi berguna untuk mengikat oksigen, dan juga mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan otak bayi, sehingga jika seorang ibu hamil kekurangan zat besi mengalami beberapa gejala yaitu :
§Sering merasa kelelahan, terapa pusing, sulit konsentrasi
§  Terasa pusing dan sakit kepala
§  Kesulitan dalam berkonsentrasi
§  Kulit, bibir dan kuku yang pucat
§  Detak jantung yang tidak beraturan
§  Nyeri dada atau sesak nafas
§  Tangan dan kaki terasa dingin


Ada baiknya jika tanda diatas makin parah segera menghubungi dokter, karena jika disepelakan kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan kondisi yang buruk yaitu:
§  Kelahiran bayi premature
§  Bayi lahir dalam berat badan rendah
§  Stress pasca melahirkan
§  Kematian pada janin
§  Bayi juga dapat mengalami anemia
§  Pertumbuhan yang lambat pada anak


Bagaimana mengatasi dan cara pencegahannya melalui  makanan benutrisi khusus?


Pada masa kehamilan ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya makanan kaya akan zat besi dan asalm folat untuk mengatasi dan mencegah anemia.


Melansir dari laman American Pregnancy Association, zat gizi kaya akan zat besi yaitu terdapat pada:
§  Daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang
§  Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang
§  Telur yang dimasak matang
§  Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung
§  Kacang polong
§  Produk susu yang telah dipasteurisasi
§  Kentang
§  Gandum


Sementara makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil meliputi:
§  Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada
§  Keluarga jeruk
§  Alpukat, pepaya, pisang
§  Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau
§  Biji bunga matahari (kuaci)
§  Gandum
§  Kuning telur




DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Noverstiti,Elsy.(2012).Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemiapada Ibu HamilTrimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 2012. STIKES Peringsewu Lampung.
WHO. The prevalence of anaemia in 2011.WHO global database on anaemia geneva. World health organization. 2015.http://www.unscn.org/layout/modules/news/documents/GlobalPrevalenceAnaemia2011_eng.pdf . Diakses pada 11 April 2020
Mayoclinic. 2019.Healthy Lifestyle: Pregnancy week by week.https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/anemia-during-pregnancy/art-20114455. Diakses pada 11 April 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...