(https://www.usdairy.com/news-articles/dairy-and-the-triple-burden-of-malnutrition)
Selama
ini di Indonesia dikenal masalah gizi ganda dimana didominasi oleh masalah gizi
kurang yang mengacu pada keadaan stunting
maupun wasting dan masalah gizi lebih
atau Obesitas. Timbulnya masalah gizi
ganda ini terutama akibat dari sediaan bahan pangan dan daya beli pangan
masyarakat. Sudah menjadi ciri khas umum negara berkembang dimana terjadi
ketimpangan sosial masyarakat yang memunculkan dua masalah berbeda diantara dua
strata sosial yang berbeda. Hal ini dilatar belakangi oleh belum tercapainya
kesejahteraan sosial yang merata. Sebagian masyarakat dengan daya beli pangan
yang rendah kemungkinan tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi rata-rata harian. Namun,
berlaku sebaliknya bagi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan sosial yang
baik. Ketersediaan bahan pangan dan ketepatan pemilihan makanan merupakan kunci
penting dalam menghadapi masalah gizi ganda ditengah masyarakat. Belum sempat
masalah kesehatan berkaitan gizi ini mampu diatasi dengan tepat dan tuntas,
kembali muncul istilah baru berkaitan dengan gizi masyarakat yang dikenal
dengan istilah Triple Burden Malnutrition.
Triple Burden Malnutrion,
mencakup undernutrition atau masalah
gizi kurang meliputi stunting dan wasting, defisiensi zat gizi mikro dan obesitas. Berbeda dari masalah gizi
ganda atau Double Burden Malnutrition,
Triple Burden Malnutrition menyoroti
berbagai masalah kesehatan yang timbul sebagai akibat dari asupan zat gizi
mikro yang tidak terpenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya masalah anemia
akibat kekurangan asupan zat besi, GAKY atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium,
maupun masalah kesehatan lain seperti KVA (Kurang Vitamin A). Dalam jangka
waktu tertentu, serta lingkup sasaran yang kecil kemungkinan pemberian tablet
tambah darah, dan pembagian tablet vitamin A dapat menjadi alternatif cara yang
dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Namun, sampai kapankah cara ini dapat
dianggap efektif dan solutif untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut? Strategi penanganan masalah kesehatan di Indonesia utamanya terkait
dengan masalah gizi seharusnya lebih menekankan pada tindakan-tindakan
preventif atau pencegahan. Misalnya tindakan pencegahan berupa penyampaian
edukasi dan informasi kepada masyarakat oleh petugas kesehatan, serta perencanaan
dan pelaksanaan program-program terkait upaya hidup sehat bagi masyarakat seperti
yang telah dilakukan selama ini dalam bentuk GERMAS yang merupakan singkatan
dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Berbagai upaya tersebut tidak lepas dari
campur tangan pemerintah melalui lembaga Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia sebagai lembaga yang bertanggungjawab menangani berbagai permasalahan
terkait kesehatan di masyarakat.
Triple Burden Malnutrition
merupakan penyumbang terbesar masalah kesehatan yang mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia di suatu negara. Sebagaimana diketahui bahwa masalah-masalah
yang timbul dan termasuk kedalam lingkup Triple
Burden Malnutrition dapat memicu masalah kesehatan jangka panjang yang
mempengaruhi kualitas dan produktivitas kerja masyarakat, yang dimana
masyarakat merupakan salah satu komponen tolak ukur kemajuan dan keberhasilan
suatu bangsa. Pemerintah melalui lembaga kesehatan bisa saja terus menerus
mengingatkan dan menekankan terkait pentingnya mengonsumsi asupan makanan yang
bergam dan bergizi kepada masyarakat, tetapi perlu diketahui bahwa memastikan
ketersediaan pangan melalui jaminan ketahanan pangan masyarakat juga merupakan
salah satu tanggungjawab pemerintah selaku pengelola negara. Namun, kondisi
saat ini menunjukkan bahwa situasi ketahanan pangan di Indonesia masih
tergolong lemah. Hal ini mempertimbangkan tingkat penduduk rawan pangan (tingkat
konsumsi <90% dari rekomendasi 2000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan
(tingkat konsumsi <70%) yang terhitung masih cukup besar. Selain itu, angka
balita kurang gizi di Indonesia juga masih cukup tinggi.
Ditinjau
dari Indeks untuk mengukur komitmen politik pemerintah dalam mengatasi
kekurangan gizi melalui implementasi NCI atau Nutrition Commitment Index, Indonesia masuk dalam komitmen menengah
dimana masih terdapat 2 indikator komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah
gizi termasuk dalam skor rendah, yaitu pada indikator cakupan vitamin A dan
akses terhadap air minum bersih, sedangkan 2 indikator lain yang masuk dalam
tingkatan skor sangat rendah adalah akses sanitasi dan fitur gizi dalam kebijakan
pembangunan nasional yang masih lemah. Dari sini perlu setidaknya optimalisasi keterlibatan
pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi dengan menekankan upaya kerjasama
lintas sektor yang berhubungan dengan upaya perbaikan gizi masyarakat. kesiap siagaan
pemerintah dalam menghadapi Triple Burden Malnutrition perlu lebih dimantapkan.
Pengentasan masalah gizi di Indonesia selayaknya bisa dipertimbangkan untuk
menjadi prioritas yang memerlukan perhatian lebih pemeritah dalam mengembangkan
upaya dan tindakan yang menekan laju pertumbuhan masalah kesehatan lain sebagai
dampak dari masalah gizi yang tak teratasi.
Sumber :
Kemenkes.go.id. (2020, 24 Januari). Gizi Saat remaja
Tentukan Kualitas Keturunan. Diakses Pada 13 April 2020, dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200124/0232834/gizi-saat-remaja-tentukan-kualitas-keturunan/.
Prabowo, R. (2010). Kebijakan Pemerintah Dalam
Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Indonesia. Mediagro. 6(2) : 62-73.
Suara.com. (2019, 1 Agustus). Triple Burden Masalah
Gizi di Indonesia Ancam Kesehatan Anak dan Remaja. Diakses Pada 13 April 2020,
dari https://www.suara.com/health/2019/08/01/171500/triple-burden-masalah-gizi-di-indonesia-ancam-kesehatan-anak-dan-remaja.
Syafrina,
M., Masrul, M., & Firdawati, F. (2019). Analisis Komitmen Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman dalam Mengatasi Masalah Stunting Berdasarkan
Nutrition Commitment Index 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. 8(2) :
233-244.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar