Senin, 13 April 2020

Seberapa Siap Indonesia Menghadapi Triple Burden Malnutrition Sebagai Peningkatan Kompleksitas Masalah Gizi Saat Ini?


 (https://www.usdairy.com/news-articles/dairy-and-the-triple-burden-of-malnutrition)

Selama ini di Indonesia dikenal masalah gizi ganda dimana didominasi oleh masalah gizi kurang yang mengacu pada keadaan stunting maupun wasting dan masalah gizi lebih atau Obesitas. Timbulnya masalah gizi ganda ini terutama akibat dari sediaan bahan pangan dan daya beli pangan masyarakat. Sudah menjadi ciri khas umum negara berkembang dimana terjadi ketimpangan sosial masyarakat yang memunculkan dua masalah berbeda diantara dua strata sosial yang berbeda. Hal ini dilatar belakangi oleh belum tercapainya kesejahteraan sosial yang merata. Sebagian masyarakat dengan daya beli pangan yang rendah kemungkinan tidak mampu mencukupi kebutuhan gizi rata-rata harian. Namun, berlaku sebaliknya bagi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan sosial yang baik. Ketersediaan bahan pangan dan ketepatan pemilihan makanan merupakan kunci penting dalam menghadapi masalah gizi ganda ditengah masyarakat. Belum sempat masalah kesehatan berkaitan gizi ini mampu diatasi dengan tepat dan tuntas, kembali muncul istilah baru berkaitan dengan gizi masyarakat yang dikenal dengan istilah Triple Burden Malnutrition.
Triple Burden Malnutrion, mencakup undernutrition atau masalah gizi kurang meliputi stunting dan wasting, defisiensi zat gizi mikro dan obesitas. Berbeda dari masalah gizi ganda atau Double Burden Malnutrition, Triple Burden Malnutrition menyoroti berbagai masalah kesehatan yang timbul sebagai akibat dari asupan zat gizi mikro yang tidak terpenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya masalah anemia akibat kekurangan asupan zat besi, GAKY atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, maupun masalah kesehatan lain seperti KVA (Kurang Vitamin A). Dalam jangka waktu tertentu, serta lingkup sasaran yang kecil kemungkinan pemberian tablet tambah darah, dan pembagian tablet vitamin A dapat menjadi alternatif cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Namun, sampai kapankah cara ini dapat dianggap efektif dan solutif untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut? Strategi penanganan masalah kesehatan di Indonesia utamanya terkait dengan masalah gizi seharusnya lebih menekankan pada tindakan-tindakan preventif atau pencegahan. Misalnya tindakan pencegahan berupa penyampaian edukasi dan informasi kepada masyarakat oleh petugas kesehatan, serta perencanaan dan pelaksanaan program-program terkait upaya hidup sehat bagi masyarakat seperti yang telah dilakukan selama ini dalam bentuk GERMAS yang merupakan singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Berbagai upaya tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah melalui lembaga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sebagai lembaga yang bertanggungjawab menangani berbagai permasalahan terkait kesehatan di masyarakat.
Triple Burden Malnutrition merupakan penyumbang terbesar masalah kesehatan yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Sebagaimana diketahui bahwa masalah-masalah yang timbul dan termasuk kedalam lingkup Triple Burden Malnutrition dapat memicu masalah kesehatan jangka panjang yang mempengaruhi kualitas dan produktivitas kerja masyarakat, yang dimana masyarakat merupakan salah satu komponen tolak ukur kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa. Pemerintah melalui lembaga kesehatan bisa saja terus menerus mengingatkan dan menekankan terkait pentingnya mengonsumsi asupan makanan yang bergam dan bergizi kepada masyarakat, tetapi perlu diketahui bahwa memastikan ketersediaan pangan melalui jaminan ketahanan pangan masyarakat juga merupakan salah satu tanggungjawab pemerintah selaku pengelola negara. Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa situasi ketahanan pangan di Indonesia masih tergolong lemah. Hal ini mempertimbangkan tingkat penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi <90% dari rekomendasi 2000 kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi <70%) yang terhitung masih cukup besar. Selain itu, angka balita kurang gizi di Indonesia juga masih cukup tinggi.
Ditinjau dari Indeks untuk mengukur komitmen politik pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi melalui implementasi NCI atau Nutrition Commitment Index, Indonesia masuk dalam komitmen menengah dimana masih terdapat 2 indikator komitmen pemerintah dalam mengatasi masalah gizi termasuk dalam skor rendah, yaitu pada indikator cakupan vitamin A dan akses terhadap air minum bersih, sedangkan 2 indikator lain yang masuk dalam tingkatan skor sangat rendah adalah akses sanitasi dan fitur gizi dalam kebijakan pembangunan nasional yang masih lemah. Dari sini perlu setidaknya optimalisasi keterlibatan pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi dengan menekankan upaya kerjasama lintas sektor yang berhubungan dengan upaya perbaikan gizi masyarakat. kesiap siagaan pemerintah dalam menghadapi Triple Burden Malnutrition perlu lebih dimantapkan. Pengentasan masalah gizi di Indonesia selayaknya bisa dipertimbangkan untuk menjadi prioritas yang memerlukan perhatian lebih pemeritah dalam mengembangkan upaya dan tindakan yang menekan laju pertumbuhan masalah kesehatan lain sebagai dampak dari masalah gizi yang tak teratasi. 

Sumber :

Kemenkes.go.id. (2020, 24 Januari). Gizi Saat remaja Tentukan Kualitas Keturunan. Diakses Pada 13 April 2020, dari http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200124/0232834/gizi-saat-remaja-tentukan-kualitas-keturunan/

Prabowo, R. (2010). Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Indonesia. Mediagro. 6(2) : 62-73.

Suara.com. (2019, 1 Agustus). Triple Burden Masalah Gizi di Indonesia Ancam Kesehatan Anak dan Remaja. Diakses Pada 13 April 2020, dari https://www.suara.com/health/2019/08/01/171500/triple-burden-masalah-gizi-di-indonesia-ancam-kesehatan-anak-dan-remaja

Syafrina, M., Masrul, M., & Firdawati, F. (2019). Analisis Komitmen Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam Mengatasi Masalah Stunting Berdasarkan Nutrition Commitment Index 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. 8(2) : 233-244.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...