Kenali Anemia pada Anak Usia Sekolah
Dasar dan Anjuran Asupan Nutrisi
Apa
itu anemia gizi besi ?
Menurut WHO anemia
merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis
tubuh. Banyak sekali jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia
megaloblastik, anemia hemolotik, anemia hipoplastik dan aplastik. Tetapi diantara
keempat jenis anemia tersebut yang sering terjadi adalah anemia difisiensi besi.
Anemia difisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
untuk sintesis hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak
pada anak sehingga mempengaruhi kualitas kesehatannya.
Gambaran
status anemia pada anak usia sekolah dasar
Anemia gizi besi saat
ini masih menjadi masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena masih rendahnya status gizi pada masyarakat sehingga
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Status gizi sangat mempengaruhi
kecerdasan, daya tahan tubuh, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas
kerja. Anemia bisa terjadi pada setiap orang termasuk pada anak usia sekolah
dasar. WHO menyatakan bahwa total penduduk yang menderita anemia sekitar 1,62
miliar dan 305 juta anak sekolah seluruh dunia menderita anemia. Dimana secara
global, prevalensi anemia di kalangan anak usia sekolah menunjukkan angka
sekitar 37%. Kelompok yang paling rentan terkena anemia adalah anak usia
sekolah dasar. Sekitar 40% anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia,
karena pada anak usia sekolah dasar dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan zat
gizi yang tinggi khususnya zat besi.
Batasan
normal Kadar Hb
Kelompok
|
Umur
|
Hemoglobin (gr/dl)
|
Anak usia sekolah
|
5 – 11 tahun
|
11,5
|
Laki-laki dan perempuan
|
12 – 14 tahun
|
12,0
|
Sumber
: (WHO, 2001 dalam Supariasa 2002).
Faktor Penyebab
- Kehilangan darah secara kronis akibat infeksi kronis maupun sistemik seperti HIV/AIDS. Kehilangan darah dapat disebabkan karena pendarahan, pengrusakan sel darah merah yang disebabkan karena infeksi cacing dan malaria, serta produksi sel darah merah yang tidak cukup.
- Kurangnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan. Kandungan zat besi bisa mencapai 20 – 30 %. Tetapi sebagian besar penduduk belum menerapkan pola makan yang seimbang sehingga mereka rentan terkena anemia. Kebiasaan minum teh dan kopi secara bersamaan pada waktu makan dapat menyebabkan hambatan penyerapan zat besi hingga 80%. Ditambah kurangnya asupan zat gizi lain seperti kekurangan vitamin A, vitamin C, asam folat, riboflavin, dan vitamin B12 dapat mendorong terjadinya anemia pada anak usia sekolah dasar.
- Peningkatan kesehatan. Asupan zat besi harus terpenuhi setiap harinya untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, da kulit. Kebutuhan zat besi akan meningkat selama kehamilan, masa balita, usia sekolah dan remaja. Zat besi sangat dibutuhkan saat proses tumbuh dan kembang khususnya pada anak. Karena rendahnya pengetahuan ibu terkait pentingnya pemenuhan kebutuhan zat besi pada anak dapat menyebabkan masih rendahnya peningkatan kesehatan pada anak usia seklah dasar.
- Kurangnya kebiasaan sarapanMasyarakat Indonesia masih belum membiasakan sarapan dengan baik. Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk pada proses belajar di sekolah, menurunkan aktivitas fisik, meningkatkan resiko jajan yang tidak sehat.
Gejala
Anemia
Gejala yang biasanya
muncul bagi penderita anemia adalah pucat, mudah lelah, sering berdebar, sesak
napas, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku
tertentu, intelektualitas menurun, serta pusing dan mudah mengantuk. Pada anak
usia sekolah dapat terlihat pada kemampuan mereka dalam melakukan aktivitasnya
di sekolah. Mereka cenderung malas untuk melakukan kegiatan yang banyak
membutuhkan energi sebagai akibat dari kurangnya kecukupan zat besi pada tubuh.
Dampak
Anemia
Anemia pada anak usia
sekolah dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, motorik dan prestasi
belajar. Hal ini disebabkan karena berkurangnya transport oksigen sehingga
mengakibatkan produksi energi menjadi rendah dan berdampak pada tingkat
konsentrasi pada anak di sekolah. Anemia pada anak usia sekolah dapat meyebabkan
daya tahan tubuh menurun serta mengganggu tumbuh dan kembangnya sehingga tidak
mencapai tinggi optimal dan anak menjadi kurang cerdas.
Cara
Mengatasi
- Pemberian tablet atau suntikan zat besi. Terapi dengan memberikan tablet atau suntikan zat besi dapat diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari yag dibagi dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan malam, karena penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan pada waktu perut kosong. Penyerapan akan lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat dan asam suksinat.
- Tambahan vitamin. Pemberian suplemen asam folat dan vitamin B12 dapat dianjurkan karena anemia pada anak usia sekolah dasar tersebut disebabkan karena kurangnya asupan zat besi.
- Pengobatan berdasarkan penyebab. Tentunya anemia besi tidak hanya disebabkan karena defisiensi saja, bisa disebabkan karena infeksi kronis yang harus medapatka pertolongan dari dokter. Misalkan penderita ADB yag disertai dengan infeksi berat, dihidrasi berat atau akan menjalani operasi besar/narkose sehingga perlu untuk melakukan transfusi darah.
Asupan
makanan yang dianjurkan
1. Sumber Vitamin C
Vitamin
C meningkatkan penyerapan zat besi yang memainkan peran penting dalam fungsi
tubuh Anda. Zat besi membantu membuat hemoglobin, bagian dari sel darah merah
yang membawa oksigen. Vitamin C juga membantu dalam produksi sel darah merah.
Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan anemia, atau jumlah sel darah rendah.
Sumber dari vitamin C adalah sayuran dan buah-buahan, terutama buah jeruk. Buah
jeruk termasuk jeruk, grapefruits, jeruk keprok, dan buah-buahan yang serupa.
Buah-buahan segar dan beku, sayuran, dan jus biasanya memiliki lebih banyak
vitamin C daripada yang kalengan.
Vitamin A dapat
meningkatkan penyerapan zat besi selain vitamin C. Apabila kebutuhan vitamin A
tidak tercukupi maka dapat menghambat tubuh menghasilkan sel darah merah yang
sehat. Berikut makanan yang mengandung sumber vitamin A antara lain susu sapi dan produk olahannya;
termasuk susu murni, telur ayam, hati sapi atau ayam, serta sayuran berwarna
cerah seperti tomat, wortel, brokoli, dan ubi jalar.
Asam folat
atau vitamin B9 adalah nutrisi yang bisa membantu meningkatkan jumlah sel darah
merah dalam tubuh. Untuk itu, pengidap anemia wajib makan makanan yang
mengandung asam folat tinggi seperti: kacang polong, kacang merah, kacang hijau,
jeroan seperti hati, serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
4. Riboflavin
Vitamin
B2 membantu melakukan sintesis hormon steorid dan produksi sel darah merah
untuk membantu mengangkut oksigen ke sel dan membantu mengantarkan zat besi.
Ketika terjadi kekurangan vitamin B2, maka dapat berisiko mengalami anemia dan
anemia sel sabit karena produksi sel darah merah yang terganggu.
5. Vitamin B12
Vitamin B12
mampu meningkatkan fungsi sumsum tulang agar lebih banyak menghasilkan sel
darah merah normal. Apabila terjadi kekurangan vitamin B12, sel darah merah
yang dihasilkan tubuh bisa tidak normal bentuknya; cenderung oval dan tidak
bulat pipih. Sel darah merah yang tidak berkembang sempurna juga lebih cepat
mati. Oleh sebab itu penderita anemia dapat menjadikan makanan tinggi vitamin
B12 sebagai penambah darah merahnya. Vitamin B12 banyak terdapat di: jeroan seperti
hati sapi, ikan, daging merah, telur, susu dan produk olahannya, serta sereal.
Referensi :
Suryani, Ida Ayu Mas., Satriyasa, Bagus Komang. 2018.
Gambaran Umum Status Anemia dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar di SD
Negeri 4 Abiansemal. E-Jurnal Medika Udayana, Vol. 7 No. 4.
WHO. Worldwide prevalence of anemia 1993
– 2005, WHO global database on anaemia. Geneva: WHO library
cataloguing-in-publication data; 2008
Putrihantini, Primalia., Erawati, Meira.
2013. HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA
SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR. Jurnal
Keperawatan Anak . Volume 1, No. 2.
Yanti,
Dwi., Irwanto., Wibowo, Arief. 2017. PENGARUH KADAR Hb TERHADAP PRESTASI
BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH KELAS II-VI DI SDN SONOAGENG 6 PRAMBON NGANJUK. The
Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1.
doi:
10.20473/ijph.v12i1.2017.97-105.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar