Senin, 13 April 2020

Kenali Anemia pada Anak Usia Sekolah Dasar dan Anjuran Asupan Nutrisi


Kenali Anemia pada Anak Usia Sekolah Dasar dan Anjuran Asupan Nutrisi




Apa itu anemia gizi besi ?

Menurut WHO anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Banyak sekali jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hemolotik, anemia hipoplastik dan aplastik. Tetapi diantara keempat jenis anemia tersebut yang sering terjadi adalah anemia difisiensi besi. Anemia difisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak sehingga mempengaruhi kualitas kesehatannya. 



Gambaran status anemia pada anak usia sekolah dasar

Anemia gizi besi saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya status gizi pada masyarakat sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Status gizi sangat mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja. Anemia bisa terjadi pada setiap orang termasuk pada anak usia sekolah dasar. WHO menyatakan bahwa total penduduk yang menderita anemia sekitar 1,62 miliar dan 305 juta anak sekolah seluruh dunia menderita anemia. Dimana secara global, prevalensi anemia di kalangan anak usia sekolah menunjukkan angka sekitar 37%. Kelompok yang paling rentan terkena anemia adalah anak usia sekolah dasar. Sekitar 40% anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia, karena pada anak usia sekolah dasar dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi khususnya zat besi.

Batasan normal Kadar Hb

Kelompok
Umur
Hemoglobin (gr/dl)
Anak usia sekolah
5 – 11 tahun
11,5
Laki-laki dan perempuan
12 – 14 tahun
12,0

            Sumber : (WHO, 2001 dalam Supariasa 2002).
 




Faktor Penyebab

  1. Kehilangan darah secara kronis akibat infeksi kronis maupun sistemik seperti HIV/AIDS. Kehilangan darah dapat disebabkan karena pendarahan, pengrusakan sel darah merah yang disebabkan karena infeksi cacing dan malaria, serta produksi sel darah merah yang tidak cukup. 
  2. Kurangnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan. Kandungan zat besi bisa mencapai 20 – 30 %. Tetapi sebagian besar penduduk belum menerapkan pola makan yang seimbang sehingga mereka rentan terkena anemia. Kebiasaan minum teh dan kopi secara bersamaan pada waktu makan dapat menyebabkan hambatan penyerapan zat besi hingga 80%. Ditambah kurangnya asupan zat gizi lain seperti kekurangan vitamin A, vitamin C, asam folat, riboflavin, dan vitamin B12 dapat mendorong terjadinya anemia pada anak usia sekolah dasar. 
  3. Peningkatan kesehatan. Asupan zat besi harus terpenuhi setiap harinya untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, da kulit. Kebutuhan zat besi akan meningkat selama kehamilan, masa balita, usia sekolah dan remaja. Zat besi sangat dibutuhkan saat proses tumbuh dan kembang khususnya pada anak. Karena rendahnya pengetahuan ibu terkait pentingnya pemenuhan kebutuhan zat besi pada anak dapat menyebabkan masih rendahnya peningkatan kesehatan pada anak usia seklah dasar. 
  4. Kurangnya kebiasaan sarapanMasyarakat Indonesia masih belum membiasakan sarapan dengan baik. Padahal dengan tidak sarapan akan berdampak buruk pada proses belajar di sekolah, menurunkan aktivitas fisik, meningkatkan resiko jajan yang tidak sehat.                                                                                                   
Gejala Anemia 

Gejala yang biasanya muncul bagi penderita anemia adalah pucat, mudah lelah, sering berdebar, sesak napas, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, intelektualitas menurun, serta pusing dan mudah mengantuk. Pada anak usia sekolah dapat terlihat pada kemampuan mereka dalam melakukan aktivitasnya di sekolah. Mereka cenderung malas untuk melakukan kegiatan yang banyak membutuhkan energi sebagai akibat dari kurangnya kecukupan zat besi pada tubuh. 


Dampak Anemia

Anemia pada anak usia sekolah dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, motorik dan prestasi belajar. Hal ini disebabkan karena berkurangnya transport oksigen sehingga mengakibatkan produksi energi menjadi rendah dan berdampak pada tingkat konsentrasi pada anak di sekolah. Anemia pada anak usia sekolah dapat meyebabkan daya tahan tubuh menurun serta mengganggu tumbuh dan kembangnya sehingga tidak mencapai tinggi optimal dan anak menjadi kurang cerdas. 


Cara Mengatasi 
  1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi. Terapi dengan memberikan tablet atau suntikan zat besi dapat diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari yag dibagi dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan malam, karena penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan pada waktu perut kosong. Penyerapan akan lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat dan asam suksinat. 
  2. Tambahan vitamin. Pemberian suplemen asam folat dan vitamin B12 dapat dianjurkan karena anemia pada anak usia sekolah dasar tersebut disebabkan karena kurangnya asupan zat besi. 
  3. Pengobatan berdasarkan penyebab. Tentunya anemia besi tidak hanya disebabkan karena defisiensi saja, bisa disebabkan karena infeksi kronis yang harus medapatka pertolongan dari dokter. Misalkan penderita ADB yag disertai dengan infeksi berat, dihidrasi berat atau akan menjalani operasi besar/narkose sehingga perlu untuk melakukan transfusi darah. 


Asupan makanan yang dianjurkan 

1. Sumber Vitamin C


 

Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi yang memainkan peran penting dalam fungsi tubuh Anda. Zat besi membantu membuat hemoglobin, bagian dari sel darah merah yang membawa oksigen. Vitamin C juga membantu dalam produksi sel darah merah. Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan anemia, atau jumlah sel darah rendah. Sumber dari vitamin C adalah sayuran dan buah-buahan, terutama buah jeruk. Buah jeruk termasuk jeruk, grapefruits, jeruk keprok, dan buah-buahan yang serupa. Buah-buahan segar dan beku, sayuran, dan jus biasanya memiliki lebih banyak vitamin C daripada yang kalengan.

2. Vitamin A


 

Vitamin A dapat meningkatkan penyerapan zat besi selain vitamin C. Apabila kebutuhan vitamin A tidak tercukupi maka dapat menghambat tubuh menghasilkan sel darah merah yang sehat. Berikut makanan yang mengandung sumber vitamin A antara lain susu sapi dan produk olahannya; termasuk susu murni, telur ayam, hati sapi atau ayam, serta sayuran berwarna cerah seperti tomat, wortel, brokoli, dan ubi jalar.

3. Sumber asam folat


 


      Asam folat atau vitamin B9 adalah nutrisi yang bisa membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh. Untuk itu, pengidap anemia wajib makan makanan yang mengandung asam folat tinggi seperti: kacang polong, kacang merah, kacang hijau, jeroan seperti hati, serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.


      4. Riboflavin





Vitamin B2 membantu melakukan sintesis hormon steorid dan produksi sel darah merah untuk membantu mengangkut oksigen ke sel dan membantu mengantarkan zat besi. Ketika terjadi kekurangan vitamin B2, maka dapat berisiko mengalami anemia dan anemia sel sabit karena produksi sel darah merah yang terganggu.


      5. Vitamin B12




Vitamin B12 mampu meningkatkan fungsi sumsum tulang agar lebih banyak menghasilkan sel darah merah normal. Apabila terjadi kekurangan vitamin B12, sel darah merah yang dihasilkan tubuh bisa tidak normal bentuknya; cenderung oval dan tidak bulat pipih. Sel darah merah yang tidak berkembang sempurna juga lebih cepat mati. Oleh sebab itu penderita anemia dapat menjadikan makanan tinggi vitamin B12 sebagai penambah darah merahnya. Vitamin B12 banyak terdapat di: jeroan seperti hati sapi, ikan, daging merah, telur, susu dan produk olahannya, serta sereal.





Referensi :

Suryani, Ida Ayu Mas., Satriyasa, Bagus Komang. 2018. Gambaran Umum Status Anemia dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Abiansemal. E-Jurnal Medika Udayana, Vol. 7 No. 4.

WHO. Worldwide prevalence of anemia 1993 – 2005, WHO global database on anaemia. Geneva: WHO library cataloguing-in-publication data; 2008

Putrihantini, Primalia., Erawati, Meira. 2013. HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR. Jurnal Keperawatan Anak . Volume 1, No. 2.

Yanti, Dwi., Irwanto., Wibowo, Arief. 2017. PENGARUH KADAR Hb TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH KELAS II-VI DI SDN SONOAGENG 6 PRAMBON NGANJUK. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1.
doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.97-105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Stunting dan Efeknya pada Anak

    Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. padahal menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke lima jumlah a...