Apa sih Obesitas
itu?
Obesitas identik dengan kelebihan
berat badan. Definisi ini kurang tepat karena sebenarnya, obesitas adalah
kondisi yang menunjukkan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh dengan indeks
massa tubuh lebih dari 30. Sedangkan, kelebihan berat badan lebih tepat jika diartikan
sebagai kondisi kegemukan (overweight) dengan indeks massa tubuh
berkisar 25 - 30.
Obesitas
adalah merupakan permasalahan kesehatan global yang disebabkan karena gaya
hidup yang mencakup pola makan dan tingkat aktivitas fisik yang tidak sesuai.
Seiring dengan perkembangan zaman angka kejadian obesitas di negara-negara maju
semakin meningkat. Obesitas atau dikenal dengan kegemukan merupakan suatu masalah
yang cukup merisaukan dikalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi
disebabkan penumpukan jaringan
adiposa secara berlebihan.
Apa saja
gejala-gejala obesitas?
Sebanarnya tidak ada tanda gejala pasti dari obesitas.
Memang sih, orang yang obesitas cenderung terlihat lebih gemuk dan besar. Namun
perlu dipahami bahwa orang yang gemuk belum tentu mengalami obesitas, sementara
mereka yang obesitas sudah pasti gemuk.
Untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam
obesitas atau tidak, terdapat beberapa cara menentukannya yakni dengan
mengukur:
·
Body Mass Index (BMI)
·
Lingkar pinggang
·
Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP)
·
Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama
skinfold
·
Kadar lemak tubuh menggunakan sebuah alat
bioelectrical impedance analysis (BIA)
Apa yang
meningkatkan risiko untuk obesitas?
1.
Genetik
Genetik alias keturunan
adalah salah satu komponen terbesar yang bisa memicu obesitas. Anak dari
orangtua yang obesitas jauh lebih berisiko mengalami obesitas dibanding anak
yang orangtuanya memiliki berat badan ideal.
2.
Junkfood
Junk food adalah jenis makanan yang tinggi kandungan gula, lemak,
garam, dan minyak. Kombinasi inilah, ditambah dengan wangi makanan dan berbagai
paduan rasa lainnya, yang membuat makanan junk food terasa nikmat
sehingga bikin ketagihan. Tanpa sadar, orang yang sering makan junk food menumpuk banyak kalori dan lemak di tubuhnya.
3.
Obat-obatan tertentu
Banyak
obat-obatan dengan/tanpa resep dokter dapat menyebabkan penambahan berat badan
sebagai efek samping. Misalnya antidepresan yang sudah lama dikaitkan dengan
kenaikan berat badan secara perlahan-lahan.
4.
Stress
Siapa
sangka, stres nyatanya juga bisa jadi penyebab obesitas. Ya, stres sangat
mungkin menyebabkan obesitas. Pasalnya pada saat Anda mengalami stres, Anda
akan lebih mudah untuk lebih banyak makan, terutama makanan manis, guna sekadar
meredakan stres dan memperbaiki suasana hati.
5.
Malas gerak
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan perlambatan
metabolisme dalam tubuh. Ya, semakin sedikit Anda bergerak, maka semakin pula
kalori yang Anda bakar.
Akibatnya,
kalori akan lebih banyak menumpuk di dalam tubuh. Bahkan tak hanya soal kalori
saja. Aktivitas fisik yang minum juga memengaruhi kinerja hormon insulin dalam
tubuh. Jika kadar insulin dalam tubuh tidak stabil, maka erat kaitannya dengan
penambahan berat badan.
6.
Kurang tidur
Penelitian
telah menemukan bahwa jika Anda tidak cukup tidur, Anda berisiko dua kali lipat
untuk mengalami obesitas. Risiko ini berlaku untuk orang dewasa dan anak-anak.
Hal ini berdasarkan penelitian dilakukan di Warwick Medical School di
University of Warwick.
DAFTAR
PUSTAKA
Greenway FL. Physiological
Adaptations to Weight Loss and Factors Favouring Weight Regain. International
Journal of Obesity. 2015; 39(8); 1188-1196.
Proverawati,
Atikah. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Yogyakarta :
Nuha Medika
Salam,
Abdul. Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Remaja. Jurnal MKMI, Vol. 6, No. 3,
Juli 2010, hal 185-190
Sartika RA. Faktor
Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. [Jakarta]; 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar