Yak apalagi kalau bukan masalah stunting. Kebanyakan orang awam menyebut stunting adalah kurang gizi, yang dimana pertumbuhan dan perkembangan balita sampai usia anak lebih lambat dari usia teman sebayanya.
Kurang
gizi terutama stunting pada balita akan berlanjut pada usia anak, adalah
salah satu masalah paling serius di dunia. Ada banyak kerugian yang diakibatkan
karena masalah stunting ini.
Prevalensi
stunting pada anak balita Indonesia jauh diatas prevalensi rata-rata global yang
mencapai 22,2%. Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar, Kementrian Kesehatan RI
tahun 2019, prevalensi rata-rata stunting d Indonesia adalah 27,67%. WHO
menetapkan 20,0% sebagai ambang batas stunting. Artinya apabila prevalensi
stunting pada balita di suatu negara 20,0% atau dibawahnya, maka stunting bukan
lagi masalah gizi dan negara dinyatakan bebas dari masalah stunting.
Dengan
demikian, Indonesia harus menurunkan prevalensi stunting 7,67%. Itupun harus
disertai prevalensi anak balita kurus.
Kerugian
dari malasah stunting ini, bahwa pada balita bukan hanya tubuhnya yang pendek,
tetapi juga pemikiran di otaknya lama berkembang. Dampaknya secara ekonomi
sangat berpengaruh karena generasi penerus kita menghadapi persaingan global.
Stunting adalah masalah bersama, untuk mengatasinya bukan hanya masalah Kesehatan
dan bukan hanya sekedar kekurangan asupan makanan dan status Kesehatan. Tetapi kemiskinan
dan tingkat pengetahuan serta tidak pedulinya terhadap Kesehatan merupakan
penyebab utamanya. Kemiskinan dan tingkat Pendidikan terkait oleh kebijakan
pengelola negara. Salah satu masalahnya yaitu korupsi menjadi akar dari masalah
gizi, khususnya pada balita.
Diharapkan
setiap upaya pembangunan harus mempertimbangkan dampaknya pada perbaikan gizi.
Perlunya perubahan paragdigma pembangunan dari perbaikan ekonomi mendahulukan
perbaikan gizi menjadi perbaikan gizi mendahuli perbaikan ekonomi.
Persoalan
kurang gizi adalah masalah yang serius dan perlu penanganan Bersama. Negara
harus menempatkan gizi sebagai prioritas pembangunan yang melibatkan banyak
pihak, mulai dari sang ibu hamil hingga melahirkan dan membesarkan sang balita
menjadi anak. Jika tidak, kita dengan sadar membiarkan generasi bangsa ini
menjadi pecundang di era revolusi industri 4.0. Jangan sampai kita mewariskan
kemiskinan dan ketidaktahuan ke generasi berikutnya.
Sumber:
Mohammd Teja, Kajian SIngkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis. Vol.XI, No.22/II/Puslit/November/2019. ISSN 2088-2351
https://beritabojonegoro.com/read/19338-stunting-masalah-gizi-di-era-milenial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar